Ngayogjazz 2018 Tampil Lebih 'Mistis'

user
danar 15 November 2018, 15:55 WIB
untitled

SABTU LEGI (17/11/2018) pecinta musik Jazz kembali disuguhi pagelaran musik bertajuk Ngayogjazz 2018. Kali ini, Ngayogjazz yang telah menginjak penyelenggaraan ke-12 mengajak pengunjung untuk menyelami lebih dalam sisi metafisika awal mula adanya Kraton Mataram di Desa Gilangharjo Pandak Bantul.

Ngayogjazz kali ini mengusung tema Negara Mawa Tata, Jazz Mawa Cara, sebuah plesetan dari falsafah Jawa Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata. Hal tersebut menyiratkan bahwa tiap daerah memiliki budaya dan adat istiadat termasuk kearifan lokal meski berada di sebuah negara yang punya hukum dan tata negara.

Tetap menyuguhkan playlist penampil mumpuni seperti Syaharani, Tohpati, Tompi hingga legenda hidup Idang Rasjidi, Ngayogjazz 2018 kali ini akan membawa pengalaman baru bagi pengunjung. Terlebih lagi, festival Jazz salah satu tertua di Yogyakarta ini memilih Desa Gilangharjo yang sudah mendapat trademark Desa Budaya.

Supriyanto, Pamong Desa Gilangharjo mengungkap bahwa wilayahnya merupakan awal mula renaisance kebudayaan Mataram. Di tempat tersebut menurut dia menjadi titik bertemunya batu asteroid dan bumi yang menbuat medan magnet kuat.

Sisi mistis yang sarat makna budaya masyarakat Jawa juga menurut dia kental terasa di Gilangharjo. “Panembahan Senopati mendapat wahyu Lintang Johar di Selo Gilang yang ada di desa kami. Di situlah grand desain awal Kraton Mataram didirikan, tapi kemudian pindah ke Kotagede. Sampai saat ini desa kami masih dikenal sebagai tempat bersemedi untuk menemukan suasana hati,” ungkapnya dalam temu pers di Innside By Melia Kamis (15/11/2018).

Di Desa Gilangharjo sendiri sampai saat ini masih ada petilasan Selo Gilang yang mana masih menjadi salah satu andalan pariwisata budaya setempat. Budaya yang begitu kental inilah yang bakal berkolaborasi bersama Ngayogjazz 2018.

“Kami punya impian pengembangan desa ke arah pariwisata dan bertemulah dengan Ngayogjazz. Semoga nantinya pengunjung bisa menikmati lebih dalam, meresapi sisi spiritual budaya yang ada,” ungkapnya lagi.

Sementara Kepala Desa Gilangharjo, Pardiyono menambahkan pihaknya telah mempersiapkan enam panggung dan sarana kuliner yang bisa dinikmati pengunjung selama seharian. Ia berharap, pengunjung bisa menikmati suasana Gilangharjo yang kali ini berkolaborasi dengan pagelaran musik Jazz.

“Satu hal, mungkin pengunjung harapannya bisa menyesuaikan diri dengan budaya sopan santun dan tata krama. Semoga semua bisa menikmati Ngayogjazz 2018,” tandasnya.

Di Ngayogjazz kali ini bakal ada beberapa hal yang bisa dinikmati pengunjung mulai dari pertunjukkan musik Jazz dari 40 kelompok musik, workshop dan jamming session, pentas kesenian tradisional, pasar produk masyarakat setempat hingga program donasi buku. Ngayogjazz sendiri menargetkan 30 ribu pengunjung hadir dalam penyelenggaraan sehari. (Fxh)

Kredit

Bagikan