40 Tahun Congrock17 Karena Semangat Kekeluargaan dalam Bermusik

user
Danar W 19 Maret 2023, 23:55 WIB
untitled

Krjogja.com - CONGROCK 17 adalah grup musik fenomenal Kota Semarang yang mampu bertahan hingga usia 40 tahun. Berawal mengusung genre music keroncong dan tumbuh dari Kampus Universitas 17 Agustus 1945 (Untag Semarang) di tahun 1983, grup ini kemudian berkembang menjadi grup multi genre yang tetap memasukkan unsur instrumen alat musik keroncong.

Pengakuan sebagai grup legenda bukan lah mengada-ada. Perjalanan 40 tahun mengungkap segala fenomena yang dihadapi hingga masyur tampil hingga pelosok luar negeri menembus Asia hingga Eropa.

Pentholan Congrock 17, Yanto mengatakan 40 tahun merupakan kisah panjang yang tak bisa dipandang sebelah mata. “Tanpa kebersamaan dan kesadaran bermusik, tentu kami tak akan bisa bertahan hingga 40 tahun. Congrock sudah bukan lagi bentuk grup atau band, melainkan sebuah keluarga. Musik merupakan kebutuhan, bukan hal sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan musik terbentuk lah keluarga yang bernama Congrock 17. Meski anggotanya silih berganti datang dan pergi, namun mereka tetap punya ikatan keluarga,” ungkap Yanto CR yang dikenal sebagai kokinya aransemen Congrock 17, Jumat (16/3/2023) saat menggelar tasyakuran dengan potong tumpeng di Café Reynox, Kota Lama Semarang.

Diakuinya, berawal dengan personil mahasiswa Untag 17 membentuk grup Congrock 17 dan aktif dalam berbagai kompetisi. Berbeda dengan grup-grup yang tumbuh pada masa itu, Congrock justru berawal mengusung genre keroncong inovatif dengan tujuan untuk membentuk identitas baru ‘keroncong anak muda’.

Perjalanan ini diakui oleh Marco Marnadi, vokalis ‘sesepuh’ yang ikut menggawangi lahirnya Congrock 17. Banyak yang salah faham, bahkan gagal paham atas munculnya Congrock. Para insan keroncong klasik khawatir Congrock menjadi perusak. Maka dalam kompetisi-kompetisi selalu dipinggirkan. Meski menghadapi situasi yang sulit diterima kala itu, namun kumpulan anak muda ini tetap membangun eksistensinya dengan semangat dan keyakinannya sendiri.

Congrock terus membangun eksistensi bermusik dengan keyakinananya sendiri dan membuka diri terhadap perkembangan musik yang terjadi di tanah air. Tidak sedikit ide pemikiran para musisi tenar Indonesia, seperti Fariz RM dan Mus Mujiono mengilhami kreatifitas Congrock selanajutnya. Congrock 17 akhirnya tak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan Titiek Puspa pun percaya membawa Congrock 17 untuk dikenalkan di panggung Internasional hingga Eropa. Musik yang diusung Congrock dengan mempertahankan alat-alat keroncong yang tak lazim di luar negeri ini pun menarik perhatian pemirsa music Eropa, hingga diundang berulang kali untuk tampil di luar negeri.

Bahkan dengan dada membusung, Marco Marnadi pernah memprotes pengakuan pejabat Malaysia bahwa Keroncong Asli hasil karya Malaysia. Pernyataan tersebut langsung di protesc dan diluruskan Marco dalam sambutan setelah pejabat tersebut turun panggung.

Tidak banyak yang tahu, ternyata Congrock juga membawa misi mengenalkan genre keroncong sebagai warisan budaya bangsa Indonesia ketika tampil di luar negeri.

Yanto pun mengakui bahwa Keroncong tetap lah Keroncong, dan pada perkembangannya Congrock pun menjadi grup yang mengikuti selera jaman namun tetap mempetahankan jatidiri sebagai grup yang pada awalnya dibangun dengan pondasi keroncong. “Maka kita pun akan mendapati alat bezetting 7 (istilah komposisi alat music keroncong klasik) ada di Congrock 17. Ini tak bisa ditawar. Ada pun apa yang kami mainkan adalah wujud kreatifitas bermusik yang menjawab kebutuhan dan selera. Congrock kini ibarat sebuah Market Grosir Musik. Mau minta genre apapun akan dilayani, meski dengan tidak meninggalkan unsur musik atau suara instrument alat-alat keroncong,” papar Yanto.

Keterbukaan terhadap genre music ini lah yang membuat Congrock 17 bisa tampil dalam satu panggung yang sama dengan MLTR dan terakhir dengan Air Supply.

40 tahun adalah perjalanan panjang yang sangat luar biasa. Tampil di Istana Negara, hingga pernah dilecehkan di panggung sudah dialami semua. Namun itulah ujian yang menempa dan meyolidkan keluarga musik bernama Congrock 17 yang dikuatkan oleh pentolan lama diantaranya Yanto (arranger/gitar), Marco Marnadi (vocal), Rivai (flute), Haridjoko (cello), Tono (cak), Yono (cuk) dan Andre (biola).

Waktu terus berjalan generasi baru pun bertumbuh tanpa menghilangkan para sesepuh, nama-nama personel seperti Rudy dan Any sebagai vocal, Hendy (keyboard), Abaz (drummer), Fery (perkusi), Hany Herie P (bass), Yoga (biola) dan Darmadji (cello).

Puncak perayaan 40 Tahun Congrock digelar di Reynox, Minggu (19/3/2023) dengan pentaa membawakan lagu yang dicipta sejak awal berdiri hingga kini.(Cha)

Kredit

Bagikan