Krjogja.com - MADINAH - Jemaah haji lansia harus menjaga tenaga menuju Mekkah, persiapan puncak haji. Berbagai upaya dilakukan untuk memberi sosialisasi kepada jemaah haji Indonesia, khususnya lansia agar tidak memaksakan diri melaksanakan salat berjamaah di Masjid Nawawi.
Salah satunya alasannya, karena jemaah haji lansia harus menjaga tenaga menuju Mekkah, persiapan puncak haji. Jemaah lansia dihimbau untuk tidak memaksakan diri pergi ke masjid untuk salat lima waktu berjamaah.
Demikian disampaikan Mirza Deswani , pembimbing ibadah kloter 5 KNO, di Madinah , Senin (30/5/2023).
Di kloter 5 hampir 65 persen ini masuk kategori lansia. Dia menyebut, tantangan terberat memberi sosialisasi ke lansia adalah soal komunikasi.
“Kami ngomongnya harus pelan - pelan, karena memang mereka tidak bisa paham kalau terlalu cepat. Dan harus berkala. Itu sih sebenarnya tantangan terberat memberi pemahaman ke lansia,” katanya.
Untuk itu, ia mensiasatinya dengan cara door to door. Harus masuk satu pintu ke pintu menjemput jemaah lansia. Harus diberi pemahaman secara perlahan untuk bisa menyimpan staminanya agar tidak terlalu lelah.
Pemikiran jemaah haji itu, kalau di Madinah wajib melaksanakan arbain. Tapi bagi lansia, arbain itu berat, apalagi harus bolak - balik masjid hotel sehari lima kali,” tambah dia.
Ia mengaku selalu mengingatkan jemaah untuk jangan memaksa ke masjid utamanya lansia. Arbain adalah sunnah. Sedangkan rukun haji wajib dilaksanakan. Sehingga, perlu ada pengaturan stamina dan tenaga.
Apalagi, kata dia, jangan sampai terjadi, sunnahnya dikejar tapi nanti yang wajib tertinggal. Itu justru hajinya menjadi tidak sah karena meninggalkan yang wajib. Nanti ibadah puncak hajinya ada di Mekkah.
“Saya keliling, masuk satu pintu ke pintu yang lain. Temui jemaah lansia dan yang ada di kamar itu. Kami berikan sosialisasi, kami beri wawasan agar tidak memaksa,” lanjut Mirzani Deswani.
Dia menyampaikan, beberapa kali memang sempat menghentikan jemaah lansia yang akan pergi arbain. Bukan melarang, tapi menghimbau untuk tidak memaksakan bisa salat jemaah lima waktu di Masjid Nabawi.
“Semisal sehari dua kali salat berjamaah, itu lebih baik. Jangan memaksa harus lima kali dalam sehari. Itu berat dan akan menguras tenaga jemaah lansia. Jadi harus pintar - pintar mengatur ritme,” sambungnya.
Dari sosialisasi yang dilakukan secara berkelanjutan, ia mengaku sudah ada dampak yang signifikan. Mulai banyak jemaah yang mengikuti masukan dan patuh tidak memaksakan salat berjamaah di Nabawi.
“Bahkan, kami juga dibantu jemaah lainnya. Semisal ada jemaah lansia di satu kamar, nanti ada bergantian jemaah yang tidak ke Nabawi. Jemaah itu mendampingi jemaah lansia yang tidak pergi ke masjid,” jelasnya.
Ia menguraikan, itu justru menjadi sesuatu hal yang positif. Sebab, kesadaran untuk tidak memaksa melakukan salat berjamaah itu sudah diterima dengan baik. Sehingga jemaah lansia bisa istirahat dan staminanya prima.