Krjogja.com - London - Laporan terbaru institusi pertahanan di Inggris mengungkap bahwa Rusia memiliki taktik untuk mengelabui sanksi-sanksi Barat di tengah perang melawan Rusia. Iran dijadikan contoh karena sudah berpengalaman menghadapi sanksi.
Sektor Rusia yang disasar sanksi Barat mulai dari perbankan, migas, hingga militer. Aset-aset milik orang dekat Presiden Rusia Vladimir Putin juga dibekukan.
Dilaporkan VOA News, Rabu (7/6/2023), laporan mengenai taktik Rusia itu diungkap oleh laporan Royal United Services Institute (RUSI). Rusia disebut mulai beradaptasi dengan sanksi-sanksi tersebut.
"Contoh-contohnya termasuk mengganti kepemilikian perusahaan dan properti ke anggota-anggota keluarga atau para afiliasi, menggunakan perusahaan trading untuk mendapatkan valuta asing agar menghindari sanksi-sanksi yang diterapkan ke Bank Sentral Rusia," tulis laporan RUSI berjudul “Developing Bad Habits: What Russia Might Learn from Iran’s Sanctions Evasion".
Laporan itu menyorot Iran sebagai studi kasus. Para pejabat Barat juga mengaku khawatir mengenai kedekatan Rusia dan Iran, serta negara-negara "rogue" lainnya, dan dampaknya terhadap ketertiban internasional.
"Satu perkembangan yang diantisipasi adalah negara-negara tersebut - semuanya berada di bawah rezim sanksi - akan berbagi pelajaran bagaimana cara meghindari kebijakan restriktif dan menyalahgunakan sistem finansial internasional untuk tujuan-tujuan mereka yang merusak," tulis peneliti RUSI.
Tom Keatinge, co-author dari laporan RUSI, menyebut bahwa Rusia menghindari sanksi untuk mendapatkan komponen-komponen elektronik, serta menjual minyak.
"Mereka perlu mencari pasar-pasar baru untuk hidrokarbon mereka, eksport minyak mereka. Itu adalah generator kunci untuk pendapatan negara tersebut," jelas Keatinge.
Keatinge berkata bahwa Rusia belajar dari Iran yang notabene punya banyak trik. Contohnya seperti transfer minyak di tengah malam dengan cara mematikan alat lokasi. Ada juga menggunakan perusahaan-perusahaan cangkang di Turki atau Uni Emirat Arab.
Terkait kebijakan "price cap" untuk minyak Rusia, Kementerian Keuangan Amerika Serikat menyebut hal itu membuat 40 persen penurunan pendapatan minyak Rusia.
Akan tetapi, sanksi itu hanya diterapkan untuk pemerintah-pemerintah negara Barat.
"Dan maka dari itu, jika kamu adalah sebuah bank di India, kamu bisa dengan sempuran memiliki koneksi dengan bank Rusia," jelas Keatinge.
Pada 4 Juni 2023 Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata Rusia memakai jaringan pemasok internasional untuk menghindari sanksi-sanksi internasional.
"Sayangnya, negara teroris bisa mendapat teknologi-teknologi dunia melalui jaringan pemasok, dapat meloloskan diri dari sanksi-sanksi internasional," ujar Zelensky.