• Sabtu, 23 September 2023

Gus Mus : RI Jarang Punya Politisi Berkeindonesiaan

- Rabu, 21 November 2018 | 18:23 WIB

INDONESIA dianggap belum dapat melakukan revolusi mental. Hal ini yang mendorong maraknya politik pragmatis yang terjadi. Sementara itu partai politik (parpol) di  Indonesia juga jarang yang memiliki politisi yang bermartabat dan berkeindonesiaan.

Budayawan dan Cendekiawan Muslim, Dr (HC) KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus saat menjadi narasumber dalam dialog kebangsaan dalam rangka Harlah Universitas Alma Ata (UAA) 'Membingkai Keutuhan Bangsa Melalui Pemilu yang Bermartabat dan Berkeindonesiaan' , Rabu (21/11) menuturkan sulitnya menemukan politisi yang rela benar-benar memikirkan negara terjadi karena pelaksanaan dari sistem demokrasi di Indonesia itu sendiri belum juga bermartabat.

"Kita terlalu lama dijajah sehingga untuk menjadi bangsa yang merdeka dn bermartabat ternyata kita belum sepenuhnya siap. Hal ini terlihat dari demokrasi di Indonesia tetap saja melahirkan pola-pola pragmatis,politik praktis yang jauh dari sikap keindonesiaan," tegas Gus Mus.

Gus Mus juga menegaskan jika hingga saat ini Indonesia belum sepenuhnya melakukan revolusi mental. "Revolusi mental itu tidak cuma mencopot isi kepala saja tetapi memperbaiki akar masalah. Hal yang paling terlihat saat tahun politik ini dimana makian adalah hal yang biasa dilakukan, politik tanpa memikirkan etika dan memegang egoisme masing-masing," tegasnya lagi 

Dijelaskan Gus Mus, politisi -politisi yang saat ini duduk di legislatif jarang ada yang benar-benar berpikir tentang Indonesia. Mereka memikirkan diri sendiri dan kelompoknya masing-masing (parpolnya).

"Politisi tidak ada yang berkeindonesiaan . Selama 32 tahun dipimpin oleh Presiden Soeharto kala itu, Pancasila hanya dihafalkan namun tidak pernah diuraikan," tandasnya.

Adapun yang terjadi dari sebuah demokrasi tak bermartabat, imbuh Gus Mus yakni kemunculan isu-isu agama dan membawa nama Tuhan untuk kepentingan kampanye dan politik praktis. Gus Mus mewanti-wanti jika politisasi agama harus dihindari dalam masa kampanye. Hal ini karena politisasi agama dapat menghancurkan bangsa.

Dialog kebangsaan yang dipandu host kenamaan Alvito Deannova semakin meriah dengan munculnya berbagai pertanyaan baik dari tamu undangan yang berasal dari civitas akademika, calon anggota legislatif bahkan mahasiswa. 

Halaman:

Editor: tomi

Tags

Terkini

1.502 Wisudawan USD Merdeka dan Terbang Tinggi

Senin, 18 September 2023 | 21:10 WIB

Ada 16 Politeknik Berstatus BLU

Kamis, 14 September 2023 | 13:50 WIB

HSU Jepang dan Stikes Notokusumo Jalin Kerja Sama

Kamis, 14 September 2023 | 10:50 WIB

Stimaryo Komitmen Perangi Narkoba

Rabu, 6 September 2023 | 19:52 WIB
X