PURWOREJO, KRJOGJA.com - Berbagai komunitas di Kabupaten Purworejo gotong-royong membangun rumah Mujiati di RT 02 RW 03 Dusun Jlamprang Desa Kaliurip Kecamatan Bener. Mereka tergerak membantu setelah mengetahui Mujiati selama belasan tahun tinggal di Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Gabungan komunitas yang dimotori Indonesian Offroad Federation (IOF) itu, mengumpulkan berbagai bahan bangunan. Sebagian juga memberangkatkan anggotanya untuk terjun bekerja bakti membangun rumah itu.
Dewan Pembina IOF M Hardjanto mengatakan, kegiatan amal itu bermula dari adanya informasi warga Dusun Jlamprang yang tinggal di RTLH. "Kondisinya memprihatinkan, namun tidak bisa dibangun karena tanahnya bukan milik Mujiati. Kami survey dan memang kondisinya sangat tidak layak," tuturnya kepada KRJOGJA.com, Selasa (6/4).
Harjanto kemudian mendapat informasi jika Mujiati telah mendapat wakaf tanah berukuran 5 x 6 meter dari saudaranya. Anak sulung Mujiati juga sudah membangunkan fondasi di tanah itu. Namun, pekerjaan tidak dilanjutkan karena si sulung menikah, sehingga belum bisa membantu orang tuanya.
Harjanto mengajak rekan-rekannya di IOF, Kodim 0708 Purworejo, komunitas Kebo Mania, dan pendekar padepokan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), untuk turun membantu. "Ternyata responsnya baik sekali, bahkan masyarakat Kaliurip juga banyak yang membantu. Kami meneruskan pembangunan berdasar fondasi yang dulu dibangun anak Mujiati," terangnya.
Hardjanto juga berkoordinasi dengan pemerintah desa dalam membangun rumah Mujiati. "Melihat situasi ini, terkadang ada yang ingin menyalahkan desa atau pemerintah. Kami tidak akan menyalahkan siapapun, justru kami melihat situasi ini sebagai kesempatan untuk bisa bersedekah, berbagi dengan mereka yang membutuhkan uluran bantuan," tegasnya.
Sementara itu, Mujiati mengaku sudah 15 tahun tinggal di rumah itu bersama anak-anaknya. Perempuan itu tidak mampu memperbaiki rumah karena penghasilannya sebagai buruh asuh anak sangat terbatas. "Saya kerja sendiri untuk mencukupi kebutuhan, suami sudah meninggal dunia. Dulu pernah kerja momong anak, tapi berhenti sejak pandemi dan sekarang hanya membuat besek di rumah," katanya.
Perempuan itu hanya berpenghasilan kurang lebih Rp 20 ribu perminggu, dan habis untuk makan dan ongkos transportasi anaknya yang berseko
lah di Purworejo. "Bahkan sampai kurang, jadi tidak pernah terpikir untuk perbaiki rumah. Untung tetangga peduli, ketika rumah sudah reyot dan rusak parah, mereka kerja bakti memperbaikinya," ucapnya.
Pemerintah desa juga peduli dengan kondisi Mujiati. Menurutnya, perangkat desa pernah mengusulkan bantuan rehab RTLH, tapi tidak terwujud karena terkendala status kepemilikan tanah. "Dulu gagal dapat bantuan, tapi sekarang ternyata ada para dermawan yang bersedia membantu membangunkan rumah layak. Terima kasih juga untuk saudara di Jakarta yang berkenan mewakafkan sebagian tanahnya untuk dibangun rumah," ujarnya. (Jas)