Demi Melanjutkan Hidup, Wawan Berjuang di tengah Keterbatasan Fisik

Wawan Setiawan pengayuh becak kaki satu sedang menunggu penumpang (Evi Nur Afiah)
TERIK Matahari tak membuat Wawan Setiawan (48) bermalasan mengumpulkan pundi rupiah. Wajahnya tetap bersemangat menantikan penumpang. Namun, keberuntungan tidak menghampirinya karena belum ada penumpang yang menggunakan jasa becaknya.
Wawan harus bekerja untuk melanjutkan hidup setiap hari meski dalam kondisi terbatas. Sudah tujuh tahun ini harus mengayuh becak mencari nafkah dengan satu kaki karena kaki kanan harus diamputasi akibat sakit berkepanjangan.
"Tahun 2014 kaki kanan saya diamputasi. Dokter menyarankan seperti itu kalau tidak, sakitnya tidak kunjung sembuh. Dengan berat hati saya terpaksa menyetuju," kata Wawan saat ditemui krjogja.com di kawasan Taman Budaya Yogyakarta.
Wawan mengisahkan kaki kanannya harus diamputasi karena terjerembab di lobang sampah yang tengah dibakar, tepatnya di Magelang kota kelahirannya. "Tahu-tahu saya sudah ada di rumah sakit. Saya tidak tahu ada lobang bakaran sampah yang menyebabkan kaki saya harus diamputasi," ucapnya sedih.
Wawan menjelaskan waktu sakit dibantu oleh sedekah rombongan dari seluruh penjuru Indonesia. Bantuan termasuk biaya amputasi hingga seluruh perawatan di rumah sakit. Dia juga sempat kesulitan mencari nafkah dan akhirnya memutuskan untuk kembali menarik becak dengan kondisi seperti itu.
Wawan bercerita sempat menggunakan kaki palsu untuk mengayuh becak, pekerjaan Wawan sedikit terbantu. Sayangnya, kaki palsunya tak bertahan lama, rusak karena sering digunakan untuk pekerjaan yang berat. "Sempat menggunakan kaki palsu namum sudah rusak. Dipakai dari tahun 2015 sampai 2017. Rusak patah karena dipakai untuk kerja keras dan harus dicopot," terangnya.
Sejak itu, kakinya sakit karena terjadi gesekan antara bekas kaki yang diamputasi dengan kaki palsu. Wawan kembali meraskan sakit-sakitan hingga akhirnya kakinya harus diamputasi untuk kedua kalinya. "Pertengahan 2018 diamputasi lagi tapi sedikit. Karena luka sebelumnya kegores-gores kaki palsu," ujar Wawan.
Wawan bersama becak miliknya yang dia beli dengan keringatnya tak seberuntung dulu menarik penumpang. Dalam sehari, bisa saja Wawan tidak mendapatkan penghasilan. Entah karena kasihan atau enggan untuk menaiki becaknya dengan kondisi kakinya sekarang.
Dulu sebelum sakit dan belum marak transportasi online, sehari bisa memperoleh penghasilan sebanyak Rp. 40- 150 ribu. Berbeda dengan saat ini, Wawan hanya menunggu peruntungan. Kadang ada dan kadang tidak ada penumpang. "Kadang kalau ada penumpang ketika saya capek, saya juga harus menolaknya. Mengayuh menggunakan kaki satu memang tidak mudah," katanya.
Keinginan Wawan saat ini hanya menyambung hidup dan tidak pernah berfikir untuk mengemis dan berharap ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keterbatasan fisiknya. (Evi Nur Afiah)
BERITA TERKAIT
Resmi Dilantik, FPTI DIY Jadikan Kelolosan PON Sebagai Target Utama
Gerindra Bantul: Prabowo Presiden 2024 Ini Harga Mati
Pertemuan Menteri ATF Dorong Pariwisata ASEAN Lebih Inovatif dan Kompetitif
SD Muhammadiyah Tegalrejo Launching Sekolah DigitalÂ
Delegasi ATF 2023 Jajal Borobudur Trail of Civilization
Hanya Dua Pelatih Lokal Tersisa di Liga 1, Begini Kata Kak Seto
Sengketa Saham Tambang, Dirut CLM Berharap Dirjen AHU Revisi Keputusan
Erik Ten Hag Buktikan MU Tidak Butuh Ronaldo
16 Tim Ramaikan Turnamen Futsal Milad RS PKU Muhammadiyah
Oh No! Bocor Identitas Perempuan Perenggut Keperjakaan Pangeran Harry
Bupati Kendal Dico Ganinduto Hadiri Acara Hari Pers Nasional 2023
JEC Sukses Jadi Tempat Event Internasional Asean Tourism Forum 2023
OK 'Sakpenake' Hibur Pengunjung ATF 2023 di JEC
Thailand Masters 2023, 'The Babbies' Persembahkan Gelar Bagi Merah Putih
Prof Gunarto : Generasi Y dan Z Dominan di Pemilu 2024
Tuntas Buyback Rp 3 T, BRI Tambah Lagi Rp 1,5 T
Sama-sama Alumni Fakultas Teknik Arsitektur UGM, Kini Bertemu di Pelaminan
PB Manunggal Dominasi Gelar PBSI Bantul Series
Bawa Sajam, Tim Pandawa Polres Sukoharjo Amankan Dua Remaja
Kahmi dan HMI Ingin Wujudkam Pemilih Berdaulat
Kualitas Jadi Beban Ganda Pendidikan Nasional