Batik Lukis Wajah Giriloyo, Hasil Inovasi Muzaki Tak Mudah Dijiplak

user
Ary B Prass 07 Februari 2023, 19:17 WIB
untitled

Krjogja.com - BANTUL - Pedukuhan Giriloyo Wukirsari, Imogiri Bantul sejak zaman penjajah Belanda sudah dikenal karena produk batiknya, hingga sekarang. Bahkan kini semakin berkembang karena para perajin batik di Giriloyo banyak melakukan inovasi.

Seperti Akhyar Muzaki (34), pemilik Sanggar Batik Sidomukti yang lokasinya tepat di 0 Km Giriloyo, mengembangkan batiknya dengan batik lukis wajah.

Batik yang diproduksinya semakin banyak peminatnya, bahkan banyak dikoleksi oleh pengagum batik dari luar negeri , karena batik 'made in' Muzaki lain dari produk yang lain.

Akhyar Muzaki ditemui sejumlah wartawan di rumahnya  Selasa (7/2/2023) menjelaskan,  pekerjaan membatik sudah menjadi kebiasaan dari hidupnya.

Keahlian membatik merupakan bakat otodidak.  Sejak kecil dirinya sudah dikenalkan batik oleh ibunya, sehingga sejak lulus dari SMA Muzaki menekuni batik, tanpa harus sekolah di jurusan seni batik.

“Dulu ibu saya dipercaya  membatik untuk kebutuhan Kraton. Jadi saya sudah terbiasa membatik sejak kecil. Hingga akhirnya saya mulai serius menekuni batik di tahun 2005,” ungkap Muzaki.

Menurut Muzaki, awalnya ia membantu ibunya mengerjakan batik klasik, juga kontemporer. Tetapi tahun 2013 mulai mencoba berkreasi dan berinovasi dengan melukis wajah kain batik.

“Belajarnya melukis wajah juga secara otodidak. Awalnya mencoba lukis wajah sendiri,  hasilnya bubrah. Tetapi saya tidak patah semangat, saya terus menekuni bagaimana bisa menggambar wajah, akhirnya bisa juga, bahkan terbiasa," paparya.

Akhirnya hasil inovasi dan usaha pengembangan batik yang dilakukan Muzaki banyak diminati pecinta batik dan produknya sulit dijiplak oleh pembatik lain.

Untuk memproduksi batik lukis wajah hanya dilakukan sendiri. Karyawannya yang jumlahnya 5 orang hanya membantu membatik latar belakangnya saja.

Untuk memproduksi batik lukis wajah membutuhkan waktu lama, sebulan hanya  30 sampai 40 lembar batik saja. Harganya mulai dari Rp 750 ribu hingga Rp 2 juta, tergantung  lukisan, motif dan kainnya.

Penggemarnya  kolektor dari Singapura dan Korea Selatan dan negara lainnya.

Khusus di Papua, dirinya membuat batik dengan model masyarakat adat, lengkap dengan ornamen-ornamen khas papua.

Hasilnya permintaan ke Papua cukup banyak, sebulan bisa mengirim rata-rata 30 lembar kain batik ke Papua. (Jdm)

Kredit

Bagikan