Krjogja.com - SUKOHARJO - Pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian diperkirakan akan mengalami masalah pada periode Oktober dan November saat puncak musim kemarau dan agenda perawatan rutin tahunan penutupan pintu air Dam Colo Nguter. Pemkab Sukoharjo tetap memprioritaskan padi sebagai tanaman utama ditanam petani. Pengelolaan akan dilakukan dengan memanfaatkan alat pertanian modern yang dimiliki.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Bagas Windaryatno, Senin (29/5) mengatakan, Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo sudah melakukan pengecekan langsung terhadap potensi sumber air khususnya untuk sektor pertanian dengan mendatangi Waduk Mulur Bendosari, Dam Colo Nguter dan sejumlah embung dibeberapa wilayah. Hasilnya stok air masih melimpah.
Pasokan air masih besar ditambah dari suplai Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yang dialirkan melalui Dam Colo Nguter ke saluran irigasi. Stok air didapat hasil dari tampungan selama musim hujan.
Langkah tersebut dilakukan Dinas Pertanian dan Perikanan dalam menghadapi musim kemarau. Sebab fenomena alam tersebut berdampak pada potensi kekeringan yang mengakibatkan sektor pertanian terganggu.
"Masalah baru akan muncul berupa gangguan pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian pada periode Oktober dan November. Dalam dua bulan tersebut diperkirakan merupakan puncak kemarau dan bersamaan jadwal agenda rutin tahunan penutupan pintu air Dam Colo Nguter selama satu bulan untuk perawatan," ujarnya.
Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo untuk saat ini dengan stok air melimpah meminta kepada petani untuk mempercepat tanam padi. Pemanfaatan air tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi padi dan menambah stok pangan daerah.
"Sekarang stok air masih melimpah pada dilakukan percepatan tanam padi. Terus kami minta pada petani," lanjutnya.
Percepatan tanam padi juga sekaligus antisipasi muncul masalah mengingat pemenuhan kebutuhan air akan terganggu saat Oktober dan November. Sebab diperkirakan dengan kondisi tersebut berdampak pada kondisi tanaman padi.
"Pada kondisi Oktober dan November saat muncul masalah air. Kami tetap memprioritaskan petani tanam padi. Penanganan masalah pemenuhan kebutuhan air dilakukan dengan mengandalkan sumber air, sumur dalam, alat pertanian modern dan sistem pertanian modern seperti dalam program IP 400," lanjutnya.
Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo akan melakukan koordinasi dengan melibatkan paguyuban petani dan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Hal ini untuk memastikan jadwal tanam dan panen padi tidak terlalu terganggu dengan kondisi cuaca kemarau dan penutupan pintu air Dam Colo.
"Petani pada Oktober dan November tersebut masih bisa mengandalkan mendapat air dari sumur dalam. Dari dinas nanti akan bantuan peminjaman alat. Termasuk untuk menyedot air dari sumur pantek," lanjutnya.
Bagas menambahkan, petani di Kabupaten Sukoharjo sudah terbukti terbiasa dan mampu mengatasi masalah kelurahan air. Sebab sebelum ini petani juga pernah dihadapkan dengan situasi cuaca panas yang berdampak pada kekeringan.
"Sebelum-sebelumnya petani Sukoharjo sudah terbukti unggul dimana pada saat kemarau masih mampu panen padi. Terbukti Kabupaten Sukoharjo setiap tahun surplus beras," lanjutnya.
Sumber penampungan air yang diandalkan Pemkab Sukoharjo seperti Waduk Mulur di Kecamatan Bendosari, Dam Colo di Kecamatan Nguter dan sejumlah embung dibeberapa kecamatan. Selain itu masih ada sumber air lainnya bantuan dari pemerintah berupa sumur dalam untuk sektor pertanian dan rumah tangga.