Krjogja.com - SUKOHARJO - Search and rescue (SAR) Sukoharjo meminta kepada masyarakat untuk mewaspadai potensi kerawanan bencana alam kekurangan air bersih dampak kemarau berupa kekeringan. Sebab kondisi sekarang sudah masuk peralihan cuaca dengan ditandai peningkatan suhu udara dan curah hujan mengalami penurunan signifikan.
Wakil Komandan SAR Sukoharjo Muklis, Selasa (23/5) mengadakan, dalam dua pekan terakhir kondisi hampir disemua wilayah di Kabupaten Sukoharjo sudah tidak turun hujan. Disisi lain terjadi peningkatan suhu udara dimana panas sangat menyengat saat siang hari. SAR Sukoharjo melakukan pemantauan wilayah dan diketahui sejak dua pekan terakhir meski sempat muncul mendung saat siang hari namun tidak sampai terjadi hujan. Bahkan saat malam hari kondisi suhu udara masih tinggi.
Fenomena alam tersebut dikatakan Muklis bisa menjadi tanda adanya peralihan cuaca dari hujan ke kemarau. SAR Sukoharjo meminta kepada masyarakat untuk mewaspadai kerawanan bencana alam kekurangan air bersih dampak kemarau berupa kekeringan. "Sudah lama tidak hujan dan terjadi peningkatan suhu udara sangat panas. Ini sudah peralihan cuaca masuk kemarau. Masyarakat kami minta waspada dan sangat penting wilayah rawan kekeringan karena bisa terjadi kekurangan air bersih untuk konsumsi rumah tangga maupun air disektor pertanian," ujarnya.
[crosslink_1]
SAR Sukoharjo sangat serius terkait kerawanan pada saat kemarau. Sebab khususnya di wilayah bagian selatan Kabupaten Sukoharjo meliputi Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu sering terjadi masalah kekeringan. Wilayah tersebut secara geografis berada di perbukitan keringan. Kemarau panjang juga berdampak pada kerawanan kekeringan di wilayah lain seperti di Kecamatan Bendosari dan Nguter. Kekeringan sangat berdampak pada kekurangan air bersih warga. "Tidak hanya masalah air saja, kemarau panjang dengan peningkatan suhu udara sangat panas juga rawan masalah lain baik kesehatan maupun kebakaran termasuk masalah sosial," lanjutnya. (Mam)