Pesan Legenda PSIM untuk Investor Baru

user
ivan 16 April 2019, 02:11 WIB
untitled

YOGYA, KRJOGJA.com - Kedatangan investor baru PSIM dalam beberapa pekan belakangan mencuatkan berbagai opini di kalangan suporter. Banyak yang senang tanpa berpikir, namun tidak sedikit yang khawatir dengan kelanjutan PSIM kedepan selepas ditangani secara profesional dengan taburan dana hebat yang disebut bahkan mencapai lebih dari Rp 20 miliar.

PSIM itu sejatinya adalah sebuah kearifan lokal, di mana sejak dahulu menjadi wadah pembinaan klub-klub anggota di dalamnya, saya berharap ini tidak ditinggalkan. Kalimat tersebut muncul dari Sumarjono, kapten PSIM periode 90-an hingga 2000-an awal yang juga turut membawa Laskar Mataram mengangkat Piala Juara Divisi I (setara Liga 2) pada 2005 lalu.

Marjono, begitu ia akrab disapa mengatakan antusiasme ketika mendengar investor baru dengan gelontoran dana besar masuk ke PSIM. Ia menilai akan ada kemajuan berarti dari target yang selama ini hanya bisa sekedar bertahan di kasta kedua sepakbola nasional.

“Saya jujur antusias, ingin melihat PSIM berprestasi dan maju ke Liga 1. Sepertinya sudah waktunya PSIM ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia,” ungkap Marjono, Senin (15/04/2019) malam.

Meski demikian, Marjono membawa pesan khusus pada investor baru PSIM, Bambang Susanto. Kapten yang identik dengan nomor punggung 5 tersebut berharap investor tak meninggalkan pemain-pemain lokal asli Yogyakarta.

“Kalau saya jujur berharap, pemain lokal tak boleh ditinggalkan karena ini yang kemudian membuat pembinaam sepakbola di Kota Yogyakarta dan DIY tetap semangat. Investor harus melihat pemain secara objektif dan profesional, jadi ada kesempatan pemain kita bersaing dengan nama-nama besar yang dibawa dari tim lama (Bogor FC),” imbuh PNS Kota Yogyakarta yang juga pengusaha kuliner ini.

Sementara menurut Marjono, terkait karakter tim yang juga banyak dikhawatirkan suporter, ia meyakini setiap pelatih memiliki ciri khas tersendiri. “Pelatih punya gaya dan kalau saya pribadi itu kewenangan mutlak untuk menentukan karakter tim. Tapi saya berharap memang gaya kolektif dan ‘nggetih’ khas PSIM tetap dipertahankan,” tandasnya. (Fxh)

Kredit

Bagikan