Generasi Muda Jangan Terjebak Investasi Tak Jelas, Bernadus Wijaya Berikan Tipsnya

user
Primaswolo Sudjono 29 Januari 2023, 07:17 WIB
untitled

Krjogja.com - YOGYA -  Generasi muda hendaknya tidak mudah terjebak dalam investasi yang tidak jelas, terlebih kemudian menjerat kehidupannya. Karena itu, pemahaman tentang investasi yang benar dan aman perlu ditanamkan di tengah semangat untuk mengelola keuangan.

"Tidak sedikit anak muda yang terjebak investasi bodong karena terpengaruh promo di informasi digital," ungkap CEO Sucor Securitas, Benadus Setya Ananda Wijaya dalam talkshow Smartfes (Smart Financial Strategies for Young Leaders) di Auditorium Driyarkarya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Sabtu (28/1/2023). Hadir Rektor Univertitas Sanata Dharma Yogyakrata, Romo Albertus Bagus Laksana SJ SS PhD. Selain Bernadus Wijaya, tampil sebagai narasumber Anggota Komisi VIII DPR RI, MY Esti Wijayati dan alumnus UGM, RA Yashinta Sekarwangi Mega.

Menurut pria kelahiran Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini, investasi dapat dijadikan sebuah gaya hidup yang kemudian terwujud dalam merdeka finansial. Untuk mewujudkan hal itu, maka dalam investasi membutuhkan sebuah perencanaan, membangun mindset dan pengetahuan tentang teknologi digital, hingga memiliki kemampuan dalam menganalisis.

Baca Juga

Masuk Forbes 30 Under 30 Asia, Siapa Bernadus Setya Ananda Wijaya?

Setelah Forbes 30 Under 30 Asia, Bernadus Wijaya Raih Penghargaan Gen.T

Menurut Bernadus Wijaya, membangun mindset dalam berinvestasi sangatlah penting. Karena akan mendorong pada upaya menyusun perencanaan keuangan, dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga menyusun tahapan-tahapan ke depannya.

Disamping itu, dukungan penguasaan teknologi hingga skill yang mumpuni juga penting. "Dalam mengelola keuangan membutuhkan teknologi yang mumpuni, skill yang mumpuni. Penting sekali setiap pribadi meningkatkan skill," ujarnya.

Skill tersebut diantaranya memahami makro ekonomi global dan bagaimana dampaknya pada pasar ekonomi. Sebagai contoh di Indonesia, sudah berbulan-bulan neraca dagang Indonesia berada di zona positif. Sehingga cadangan devisa bagus terus. Ini terjadi karena adanya komoditi 'bom', di mana ada perang antara Rusia dan Ukraina, yang menyebabkan banyak negara melakukan aktivitas pemberikan sanksi terhadap produk batu bara yang dihasilkan oleh Rusia. Hal ini berdampak, pada harga batu bara yang mengalami peningkatan signifikan. Dimana suplay batu bara mengalami penurunan dan akibatnya harga batu bara mengalami peningkatan signifikan.

"Indonesia sebagai penghasil batu bara diuntungkan dengan kondisi ini. Tidak heran saat ini lapangan pekerjaan baru ada di sektor, batu bara. Serta sektor energi lainnya, seperti nikel dan lainnya," ungkap putra dari My Esti Wijayati dan Bambang Sigit Sulaksono.

Menarik lagi kata alumnus SDN Godean 1 dan SMPN 5 Yogyakarta, mengenai digitalisasi. Penguasaan terhadap teknologi informasi digital sangat penting. Karena bermain di dunia digital, ibarat bermain di dua mata pisau. Melek digitalisasi, harus. Jika tidak memahami dan mengusai pengelolaan finansial yang baik, maka bisa terjerat negatifnya, seperti investasi bodong atau pinjaman online ilegal dan lainnya.

Derasnya perkembangan digital memancing sejumlah investor masuk di sektor ini, melalui perusahaan startup. Banyak anak muda yang tertarik dan terjun. Tidak hanya ikut berinvestasi juga masuk ke lapangan kerjanya.

Bernadus  Wijaya juga mengingatkan pentingnya memperhatikan fund analysis, melakukan pengecekan secara fundamental untuk perusahaan atau saham yang ingin diinvestasikan. Mulai dari laporan keuangan, neraca keuangan profit and loss, trend usaha bagus atau tidak. Seperti nikel, batu bara, dan lainnya.

Perlu memperhatikan pengelolaan manajemen keuangan perusahaan yang akan menjadi sasaran investasi. Jangan hanya satu instrumen saja yang diperhatikan. Misal investasinya instrumen emas, ternyata resesi tidak kejadian, maka harga emas turun. karena itu, modal bisa tergerus.

Karena itu, perlu melakukan diversifikasi investasi. Dengan melihat peluang lain, seperti di batu bara, nikel, atau lainnya. "Dengan demikian, resiko kita lebih terdiversifikasi," ujarnya. (Jon)

.

Kredit

Bagikan