Sah, Rocco Commisso Pemilik Baru ACF Fiorentina

user
Tomi Sujatmiko 22 Maret 2023, 07:37 WIB
untitled

Krjogja.com - ROMA - Menjadi miliarder terkadang tidak hanya membeli rumah mewah, pesawat pribadi, atau kapal pesiar. Seorang miliarder pemilik raksasa TV kabel Mediacom, Rocco Commisso menarik perhatian setelah merogoh USD 170 juta atau Rp. 2,6 triliun untuk membeli tim sepak bola profesional di Florence Italia, ACF Fiorentina.

Melansir CBS News, Selasa (21/3/2023) Commisso membeli ACF Fiorentina di Florence tiga tahun lalu. Sang miliarder bercerita, istrinya sempat mengatakan kepadanya bahwa jika dia bersikeras membeli sebuah klub sepak bola, maka tim terssebut harus memiliki posisi yang bagus.

Commisso bahkan sempat berada di bawah pengawasan oleh para penggemar Fiorentina yang menuntutnya untuk membayar berapa pun biaya demi mendatangkan bintang dan berusaha mengupayakan kejuaraan setelah 50 tahun tidak mendapatkannya.

Fiorentina, yang dijuluki "La Viola"atau "si Ungu" belum pernah memenangkan kejuaraan liga sejak 1969. "Tapi mereka tidak bisa mengusir Rocco dari sini, Anda tahu? Mereka pikir akan mengkritik saya dan mengusir saya. Tidak, itu tidak bisa terjadi," ujar Commiso kepada koresponden 60 Minutes, Sharyn Alfonsi.

"Rocco sedikit berbeda," ucapnya.

Commisso besar di Italia selatan, tetapi keluarganya pindah ke Amerika Serikat untuk memperbaiki nasib mereka.

Kisah hidup Rocco Commisso

Miliarder yang kini mengantongi kekayaan senilai USD 8 miliar itu mengungkapkan, dirinya tidak berpikir akan mampu mencapai tingkat kesuksesan yang sama jika dia tetap tinggal di Italia.

Impian Commisso untuk sukses di Amerika berawal dari kesepakatan untuk bermain akordeon. Saat berusia 13 tahun, bahasa Inggris Commisso belum begitu lancar, tetapi dia sangat giat menekuni musik tersebut.

Dia kemudian membuka peuang untuk tampil secara gratis di teater Bronx jika manajer membantunya masuk ke sekolah Katolik, Akademi Mount Saint Michael.

"Saat itu, saya antara sedang beruntung atau terburu-buru, terserah akan disebutkan seperti apa," katanya.

Commisso pun terus berjuang. Dia bekerja di restoran makan siang keluarganya sebelum dan sesudah sekolah setiap hari untuk membayar biaya sekolahnya.

"Jadi saya dulu dibayar USD 1 per jam, dan melalui USD 1 per jam itu, saya membayar empat tahun sekolah di Mount Saint Michael," katanya.

Awalnya, Commisso ingin menjadi seorang insinyur, tetapi satu dolar per jam tidak cukup untuk membiayai kuliah, jadi Commisso mencari beasiswa.

Demi mendapat beasiswa ke AS, Commisso beralih menekuni sepak bola.

Commisso pun meminta guru olahraganya untuk memanggil pelatih di NYU, yang kemudian memasukkan Commisso ke dalam tim dan mengawasinya bermain selama enam hari.

"Dia berkata, 'Ya, saya suka anak itu. Jadi mari ... biarkan saya membantunya masuk ke NYU,' dan dia melakukannya. Dan mereka memberi saya beasiswa 50 persen, tetapi itu tidak cukup," cerita Commisso.

"Jadi saya kemudian memberi tahu guru olahraga, 'Pergi dan hubungi pelatih di Columbia sekarang.' Dalam waktu tiga sampai empat minggu mereka memberi saya penerimaan ke Columbia dan beasiswa penuh," bebernya.

Commisso akhirnya sukses menjadi kapten tim dan memimpin Universitas Columbia ke turnamen NCAA pertamanya. (*)

Kredit

Bagikan