Krjogja.com - DEMAK - Setelah berhasil menurunkan prevalensi stunting di Kabupaten Demak sebesar 9,3 persen dari semula 25,5 persen pada 2021 menjadi 16,2 pada 2022 menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), progres penurunan terpantau cukup baik pada 2023. Meski hasil SSGI belum dirilis, namun diyakini aksi konvergensi akan mampu menekan angka stunting hingga menjadi 14 persen tahun ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dr H Ali Maimun MKes pada acara Rembug Stunting Kabupaten Demak 2023 menyampaikan, berdasarkan penimbangan serentak bulan Februari 2023, angka stunting di Kabupaten Demak tercatat 2,61 persen atau 2.474 balita. "Angka tersebut lebih rendah dibandingkan penimbangan serentak tahun sebelumnya yang dilaporkan 2,99 persen atau 2.853 balita," ujarnya, Selasa (30/5/2023).
Itu semua, lanjut dr Ali Maimun, berkat kerja bareng-bareng atau aksi konvergensi lintas sektoral. Sebagai contoh Dinas Kesehatan, menangani masalah spesifik seperti penyakit penyerta penyebab stunting hingga penanganan gizi. Dengan mengoptimalkan peran puskesmas dan posyandu dalam screening dan pemantauan balita. Mulai dari gizi kurang, gizi buruk hingga stunting.
[crosslink_1]
Sementara OPD lain seperti Dinas PUTR serta Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman menangani penataan lingkungan dan perumahan yang layak huni berikut sanitasi yang sehat. Di samping pula Dinpermasdes P2KB serta Bapeda Litbangda, yang menangani peran serta pemerintah desa lokus stunting terkait support anggaran aksi percepatan penurunan stunting di desa.
Lebih lanjut disampaikan, kunci percepatan penurunan angka stunting adalah kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Terlebih jika layanan tersebut bisa terkoordinasi dengan program kesehatan lingkungan, promosi kesehatan juga pemberdayaan masyarakat.
"Maka optimis peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak tidak hanya menghasilkan progres percepatan penurunan angka stunting yang signifikan," imbuhnya.
Sementara itu Bupati Demak dr Hj Eisti'anah SE menuturkan, stunting merupakan permasalah yang harus menjadi prioritas dan sustainable atau berkelanjutan penanganannya. "Memang suatu kerja yang tidak mudah. Namun berkat kerja keroyokan, Alhamdulilah 2022 stunting turun drastis dari 25,5 persen menjadi 16,2 persen. Makanya melalui aksi konvergensi pula 2023 harus turun lagi di bawah 14 persen," kata bupati.
Kepada semua OPD yang tergabung dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), bupati meminta tetap semangat dan segera menyusun strategi dan sinergi. "Mari bergerak cepat untuk mewujudkan Kabupaten Demak zero stunting," tutur bupati.
Di sisi lain, Wabup KH Ali Makhsun yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Demak menyampaikan, kerja penurunan stunting merupakan tugas mulia. Sebab itu sejalan dengan perintah Sang Pencipta, Allah SWT. Yakni, hendaknya orang-orang itu takut meninggalkan generasi yang lemah. Sebab stunting berdampak anak memiliki IQ rendah.
"Kalau anak-anak saat ini IQ jongkok, musibah bagi negara. Bencana akan terjadi sebab pada tahun 2045 bonus demografi Indonesia yang harus didominasi usia produktif, akan berpotensi terisi kelompok lemah. Maka itu mari bersinergi atasi stunting, demi terwujudnya generasi emas yang cerdas," tandasnya. * (Hum DKK/ssj)