• Sabtu, 23 September 2023

Belajar dari Kasus Italia, Penanganan COVID-19 Tidak Boleh Terlambat

- Sabtu, 14 Maret 2020 | 00:10 WIB
Prof Dr H Hamam Hadi,MS,ScD,Sp.GK. (Foto: Rahajeng Pramesi)
Prof Dr H Hamam Hadi,MS,ScD,Sp.GK. (Foto: Rahajeng Pramesi)

BANTUL, KRJOGJA.com - Penanganan Corona Virus (COVID_19) di Indonesia masih dianggap sangat minim. Selain upaya penanganan, Alat Pelindung Diri (APD) yang tersedia di Indonesia ketersediaannya juga sangat terbatas. Padahal, COVID_19 sangat berbahaya dan virus ini sangat berbeda dengan virus influenza pada umumnya.

"Jangan sampai Indonesia seperti halnya Wuhan dan Italia. Meski China kasusnya sudah berkurang jauh dan Italia yang justru saat ini yang mengalami lonjakan terbanyak. Jangan pernah berikan pemahaman kepada masyarakat bahwa COVID_19 hanya spt flu biasa. Ini bahaya sekali. Ada tokoh yang bilang jangan takut berlebihan karena 94 persen bisa disembuhkan. Lalu apakah ada orang mau jadi yang 6 persennya? Maka dari itu penanganan di Indonesia jangan sampai terlambat," urai Pakar Epidemologi, Prof Dr H Hamam Hadi,MS,ScD,Sp.GK dalam Seminar Nasional "COVID_19 Terus Berekskalasi Dalam Negeri dan Telah Dinyatakan Sebagai Pandemi, Apa Yang Harus Dilakukan?" di Kampus Universitas Alma Ata (UAA), Jumat (13/3/2020).

Prof Hamam menyatakan upaya penanganan COVID_19 harus dibangun sinergitas dan kesadaran bersama dengan benar. Menurutnya, harus ada tokoh hingga tingkat bawah yang terus menerus memberikan pemahaman dengan benar kepada masyarakat.

Sangat miris justru beberapa tokoh kadang memberikan informasi kurang tepat dan menjadi kontraproduktif bahkan 'blunder'. Untuk kasus ini semua tokoh harus bergerak bersama. Saat ini yang bicara masih terpusat hanya dari Kepresidenan saja dan sangat kurang. Penanganan COVID_19 tidak hanya soal Surat Edaran saja tetapi harus ada sosialisasi komprehensif hingga tingkat kampung.

Terkait APD, imbuhnya di Indonesia sangat kurang China punya kekuatan recovery tinggi. Sementara di Italia tergolong kurang cepat dalam merespon. Sementara Indonesia dianggap kurang waspada dengan virus ini.

"Kita tidak boleh takut namun jangan sampai lengah dan menyepelekan," tegasnya Rektor UAA ini.

Berdasarkan data terbaru yang diinformasikan pada hari Jumat ( 13/3/2020) , secara keseluruhan di dunia warga positif terinfeksi sebanyak 125.048 positif. Dalam 24 jam pasien baru sebanyak 6.729 orang dan yang meninggal 321 orang.

"COVID_19 bukan penyakit sembarangan karena bisa menyebar dengan cepat. Ini penyakit baru yang menyerang siapapun warga dengan imunitas kurang. Karena virus baru, siapa saja orang menjadi rentan," tambahnya.

Prof Hamam juga berpesan untuk tidak membandingkan COVID_19 dengan TBC. "TBC adalah penyakit yang secara jelas alami terlokalisir di lingkungan kotor dan kumuh. Sementara Corona tidak kenal batas bahkan presiden pun dapat terkena. Saya tidak memprovokasi tetapi berikan pemahaman bersama," tegasnya.

Hadir juga sebagai narasumber yakni Dr. Sutjipto, SKM, M.Kes., DAP &E. (Praktisi medis Kemenkes), Dr. Choirul Anwar, M.Kes (praktisi medis). Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. dr. Ali Gufron Mukti, M.Sc. Ph.D yang menjadi narasumber melalui teleconference menambahkan BPJS tidak menanggung pembiayaan pasien COVID_19.

"Karena BPJS itu tidak menanggung sebuah wabah. Meski begitu, biaya pengobatan dan perawatan tetap ditanggung pemerintah atau dalam hal ini pemda,” ungkapnya.

Ia kemudian meminta kepada masyarakat untuk tidak panik namun tetap waspada terhadap penyebaran korona yang secara masif. Salah satu cara sederhana adalah membiasakan hidup sehat.

“Perbanyak mengkonsumsi empon-empon, mengkonsumi makanan yang mengandung curcumin. Serta selalu sediakan alat pengukur suhu tubuh serta cairan antiseptik,” pesannya. (Aje)

Editor: danar

Tags

Terkini

Gawat! Indonesia Berpotensi Darurat Kekurangan Guru 2024

Kamis, 21 September 2023 | 14:30 WIB

1.502 Wisudawan USD Merdeka dan Terbang Tinggi

Senin, 18 September 2023 | 21:10 WIB

Membuka Cakrawala dalam Nawasena SMAN 9 Yogya

Sabtu, 16 September 2023 | 12:14 WIB

Ada 16 Politeknik Berstatus BLU

Kamis, 14 September 2023 | 13:50 WIB
X