Beda di Luar Negeri, Pendidikan Karakter Masih Kurang

YOGYA, KRJOGJA.com - Pendidikan karakter di lembaga-lembaga pendidikan yang ada saat dirasa masih kurang. Kekurangan pendidikan karakter ini akan lebih terasa setelah anak didik melanjutkan pendidikan atau bekerja di luar negeri. Sebab, mereka jadi bingung bagaimana menempatkan dirinya sendiri. Juga bisa memalukan bangsa dan negaranya.
"Itulah kekurangan kita dalam pendidikan nasional ini," kata Pengurus Pengda Kagama DIY bidang Seni Budaya, Drs Suharjoso Sk MSn kepada KRJOGJA.com, akhir pekan lalu.
Menurut Suharjoso, pendidikan karakter adalah bagaimana mengenal diri sendiri, mengenal bangsanya, mengenal suku nusantara. Tujuannya supaya anak didik mempunyai jiwa dan karakter nasional. "Itu sangat terasa bagi anak-anak kita yang melanjutkan pendidikan atau bekerja di luar negeri. Di dunia internasional, kalau tidak memiliki karakter nasional dia bisa bingung menempatkan dirinya sendiri. Kesenian-kesenian daerah kita sudah mulai digandrungi oleh orang-orang asing, kalau mereka menguasai seni daerah, kok kita kurang menghayati, kurang terampil atau kurang apresiasi, akan memalukan sebagai bangsa Indonesia," papar pria yang belum lama ini menjadi narasumber dialog interaktif tentang pendidikan karakter di RRI.
Karena itu, alumnus Fak Geografi UGM 1970 yang sekarang menjadi anggota Pusat Olah Budaya Yogyakarta ini menyarankan agar sekolah-sekolah memberikan aneka kegiatan ekstra-kurikuler bagi para peserta didiknya, baik di bidang seni dan budaya maupun olahraga. Dengan adanya berbagai variasi kegiatan ini anak-anak bisa memilih sesuai dengan minat dan bakatnya. Bahkan diharapkan mereka tidak hanya mengikuti satu bidang saja, tetapi juga lintas bidang. Juga bisa mencoba kegiatan-kegiatan yang ada.
"Kalau ikut kegiatan seni dan olahraga, maka akan seimbang. Selanjutnya, pendidikan tinggal mengarahkan," kata pria yang sekarang menjadi Pembina Unit Kesenian Mahasiswa UGM.
Disarankan, bagi yang unggul di bidang seni, olahraga, dan 'science', agar diarahkan untuk mengikuti setiap ada lomba, mulai dari tingkat bawah sampai internasional. "Mereka yang juara olimpiade internasional matematika, ketika ditanya ternyata basisnya piano. Mereka yang punya prestasi di bidang seni dan olahraga juga bisa diterima di UGM dan UNY tanpa tes," tambahnya.(Fie)
BERITA TERKAIT
BCA Life Kembali Raih Penghargaan Indonesia WOW Brand 2023
Kampung Billiard Ambarawa Dikenal Hingga Rusia
Sebanyak 1.899 Jemaah Haji Indonesia Akan Diberangkatkan ke Miqat Bir Ali Pada 1 Juni
Macapat Tatag Teteg Tutug Mulai Digelar Hari Ini
Jemaah Haji Indonesia yang Meninggal Dunia di Arab Saudi Bertambah Jadi 4 Orang
Kalah, Kilicdaroglu Klaim Pemilu Turki Tidak Adil
SMKN 1 Kasihan Luluskan 190 Manggala Budaya
Usut Dugaan Korupsi BTS 4G BAKTI, Muhammadiyah Dukung Langkah Kejaksaan Agung
Gelar Karya dan Open School SDN Minomartani 1, Cetak Siswa Berkarakter, Inovatif
BPR Berubah Nama Jadi Bank Perekonomian Rakyat, Perbarindo DIY Lakukan Sosialisasi
Bikin Kejutan, Persis Solo Masih Rahasiakan Pemain Asing Mereka
Gelar Potensi Wirausaha Kreatif dan Inklusif DIY, Semangat Agar UMKM Naik Kelas
Jemaah Indonesia Mulai Berburu Oleh-oleh di Madinah
Sebuah Helikopter Latih Jatuh di Ciwidey
Mario Dandy Pakai Kabel Ties Sendiri Viral, Kapolda Metro Jaya Minta Maaf
Langsung Datangi Hotel Jemaah Haji, Tim Promkes Beri Penyuluhan Kesehatan
PLN Bagikan Al Quran Braille dan Santunan pada Santri
PSIM Kirim Dua Wakil Berbeda di Kongres PSSI, Soroti Lisensi Klub Liga 2
Misi Promosi Pariwisata, Dispar Kulonprogo Pentaskan Wayang Wisata Istimewa di TMII
Pemda Perlu Mendorong Kalangan Swasta Berinovasi Bikin Destinasi Wisata Baru
MK Bakal Putuskan Pemilu Proporsional Tertutup?