Beda di Luar Negeri, Pendidikan Karakter Masih Kurang

user
danar 24 Mei 2021, 10:50 WIB
untitled

YOGYA, KRJOGJA.com - Pendidikan karakter di lembaga-lembaga pendidikan yang ada saat dirasa masih kurang. Kekurangan pendidikan karakter ini akan lebih terasa setelah anak didik melanjutkan pendidikan atau bekerja di luar negeri. Sebab, mereka jadi bingung bagaimana menempatkan dirinya sendiri. Juga bisa memalukan bangsa dan negaranya.

"Itulah kekurangan kita dalam pendidikan nasional ini," kata Pengurus Pengda Kagama DIY bidang Seni Budaya, Drs Suharjoso Sk MSn kepada KRJOGJA.com, akhir pekan lalu.

Menurut Suharjoso, pendidikan karakter adalah bagaimana mengenal diri sendiri, mengenal bangsanya, mengenal suku nusantara. Tujuannya supaya anak didik mempunyai jiwa dan karakter nasional. "Itu sangat terasa bagi anak-anak kita yang melanjutkan pendidikan atau bekerja di luar negeri. Di dunia internasional, kalau tidak memiliki karakter nasional dia bisa bingung menempatkan dirinya sendiri. Kesenian-kesenian daerah kita sudah mulai digandrungi oleh orang-orang asing, kalau mereka menguasai seni daerah, kok kita kurang menghayati, kurang terampil atau kurang apresiasi, akan memalukan sebagai bangsa Indonesia," papar pria yang belum lama ini menjadi narasumber dialog interaktif tentang pendidikan karakter di RRI.

Karena itu, alumnus Fak Geografi UGM 1970 yang sekarang menjadi anggota Pusat Olah Budaya Yogyakarta ini menyarankan agar sekolah-sekolah memberikan aneka kegiatan ekstra-kurikuler bagi para peserta didiknya, baik di bidang seni dan budaya maupun olahraga. Dengan adanya berbagai variasi kegiatan ini anak-anak bisa memilih sesuai dengan minat dan bakatnya. Bahkan diharapkan mereka tidak hanya mengikuti satu bidang saja, tetapi juga lintas bidang. Juga bisa mencoba kegiatan-kegiatan yang ada.

"Kalau ikut kegiatan seni dan olahraga, maka akan seimbang. Selanjutnya, pendidikan tinggal mengarahkan," kata pria yang sekarang menjadi Pembina Unit Kesenian Mahasiswa UGM.

Disarankan, bagi yang unggul di bidang seni, olahraga, dan 'science', agar diarahkan untuk mengikuti setiap ada lomba, mulai dari tingkat bawah sampai internasional. "Mereka yang juara olimpiade internasional matematika, ketika ditanya ternyata basisnya piano. Mereka yang punya prestasi di bidang seni dan olahraga juga bisa diterima di UGM dan UNY tanpa tes," tambahnya.(Fie)

Kredit

Bagikan