PPDM UMY Promosikan Kegiatan Desa Wisata Joglo Jetis

Joglo Jetis dibantu promosi lewat program PPDM UMY
BANTUL, KRJOGJA.com - Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berlangsung di Desa Wisata Joglo Jetis RT 03 Gilangharjo, Pandak Bantul, sebagai Desa Penghasil Kandang Bambu. Kegiatan ini berlangsung 1 Februari - 1 Juli 2020.
"Tujuan dari kegiatan ini untuk mempromosikan kegiatan Joglo Jetis dan mengangkat daerah Jetis RT 03 sebagai sentra produksi kandang bambu," kata Ketua Program Pengabdian Rela Adi Himarosa kepada KRjogja.com dalam siaran pers.
Menurutnya, kebudayaan Jawa sudah mulai terkikis di era globalisasi seperti karawitan dan wayangan. Dusun Daleman, Gilangharjo merupakan dusun yang masih kuat dan memperhatikan akan pentingnya kebudayaan.
Acara yang diihadiri oleh para dalang dan masyarakat dusun berlangsung meriah karena sentuhan seni Dalang Bapak Ramijo yang memainkan lakon Wayang Pandawa dan Punakawan yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Imam Taufik mengatakan bahwa kebudayaan Jawa sudah hampir punah karena adanya game melalui gadget atau handphone, melalui pagelaran ini diharapkan adanya rasa guyub atau pemersatu antar warga dusun daleman.
Pagelaran ini juga diadakan untuk mengingatkan adik-adik sebagai penerus bangsa untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan jawa istilahnya adalah dadi bocah kudu jawani.
Melalui program pengabdian ini yaitu menghidupkan kembali Pendopo Joglo Jetis sebagai daya tarik terhadap bangunan cagar budaya.
“Bangunan ini memiliki banyak sejarah dan nilai kebudayaan, terlebih didalamnya ada seperangkat alat gamelan yang digunakan untuk karawitan sanggar seni,” kata Rela Adi Himarosa dosen Prodi Teknik Mesin.
Ketua Sanggar Seni, Yoto mengatakan, kegiatan ini disambut baik dan memberikan manfaat yang besar demi keberlangsungan sanggar. Semakin dikenalnya Joglo Jetis sebagai cagar budaya oleh masyarakat diharapkan ikut mampu mengangkat potensi warga sekitar Joglo sebagai sentra produksi kandang ayam bambu. “Hal ini disambut baik dan memberikan manfaat yang besar demi keberlangsungan sanggar,” kata Pak Yoto.
Kesimpulannya, kegiatan ini adalah keberadaan Joglo sebagai cagar budaya perlu dilestarikan, sehingga semakin dikenal keberadaan Joglo tersebut, semakin banyak acara budaya yang dilaksanakan di Joglo tersebut, semakin terkenal desa tersebut. Dikenalnya desa tersebut diharapkan mampu meningkatkan potensi warga sebagai sentra produksi kandang bambu. (*)
BERITA TERKAIT
Kejar Target Sanitasi Aman Butuh Dukungan Pemda
Ardi Hartana Jabat Kapolsek Gondokusuman
Jaga Kesehatan Lansia, Pemeriksaan Digelar LKS Pelita Kasih untuk Warga Banyuraden
BukuWarung Yakin Tingkatkan Digitalisasi UMKM dengan 241 Roadshow
Sartini Melahirkan Bayi di Lereng Gunung Slamet
Patuhi Perintah Megawati, PDIP Kulonprogo Tanam Bibit Pohon dan Bersih Sungai
Soal Biaya Haji, Panja Komisi VIII DPR Akan Melakukan Monitoring ke Arab Saudi
Kabar Percobaan Penculikan Anak di Desa Tajug Karangmoncol Dipastikan Hoaks
Indonesia Pimpin Negara ASEAN Ciptakan Solusi Positif bagi Dunia
Rekomendasi Mobil Bekas Irit BBM Harga Rp 100 Juta-an
Dinilai Ganggu Masyarakat, Polda DIY Dapat Dukungan Razia Knalpot Blombongan
Jogja Banget! Ini Bocoran Riders Sheila on 7 yang 'Membahagiakan' Promotor
Muh Iqbal Terpilih Mahasiswa Berprestasi Manajemen Unimus 2023
Erik Ten Hag Puas Kinerja Brazil Connection Milik MU
Jonatan Christie Meraih Gelar Juara Tunggal Putra Indonesia Masters 2023
Gibran Senggol Kapolri Listyo Sigit Karena Bus PERSIS Solo Diserang
FK dan FKG Unimus Kolaborasi Laksanakan Program IPE
UAD Wisuda 'Blended' 1.452 Lulusan
Berkat Call Center Lapor Kapolres, Polisi Amankan Seorang Warga Depresi
722 Atlet Ikuti Sukoharjo Karate Open Championship
Pasutri Ditemukan Tewas Mengambang