Pendidikan Literasi Resolusi Konflik untuk Aktivis Pimpinan Ranting Aisyiyah Kadirojo

user
agung 01 September 2020, 22:54 WIB
untitled

BANTUL, KRJOGJA.com - Sebanyak 25 pimpinan dan anggota Ranting Aisyiyah Kadirojo, Palbapang Barat, Bantul mengikuti pelatihan yang mengusung tema 'Literasi Perdamaian Muhammadiyah'. Kegiatan yang merupakan Program Pengabdian Masyarakat Berbasis Perserikatan Muhammadiyah (PPM-Muhammadiyah) ini diselenggarakan Jurusan Hubungan Internasional Program Magister (HIPM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Inisiator kegiatan Dr Surwandono mengatakan kegiatan meliputi peningkatan kapasitas pengelolaan konflik bagi perempuan, desiminasi teologi perdamaian Muhammadiyah melalui pembahasan surat Al Hujurat serta peningkatan pengelolaan organisasi persyarikatan Muhammadiyah/Aisyiyah.

Menurut Surwandono, literasi perdamaian untuk Aisyiyah penting dilakukan untuk membangun karakter perempuan sebagai agen perdamaian. Narasi bahwa perempuan menjadi sumber konflik dalam sejumlah tafsir sejarah perlu diluruskan bahwa perempuan justru menjadi agen perdamaian.

Konflik seringkali mengalami eskalasi dalam masyarakat, sangat terkait dengan tidak dilibatkannya perempuan dalam pengambilan keputusan konflik. Perempuan yang secara alamiah memiliki potensi sebagai agen perdamaian perlu ditingkatkan kapasitasnya agar setara dalam proses pengambilan keputusan dalam masyarakat. Perempuan justru menjadi faktor penting bagi proses penciptaan harmoni sosial dalam masyarakat.

Dalam pengabdian masyarakat tersebut, Dr Surwandono memaparkan tentang gagasan teologi perdamaian al-Hujurat, sebagai basis nilai bagaimana Aisyiyah sebagai organisasi perempuan dapat berperan aktif dalam membangun perdamaian di masyarakat.

Sejumlah figur perempuan diungkap untuk membangun motivasi bahwa perempuan dapat berperan nyata dalam perdamaian, baik dalam sejarah Islam seperti peran Siti Aisyah untuk melakukan klarifikasi terhadap sejumlah fitnah yang terjadi dalam sejarah Islam. Keberanian Aisyah untuk mengklarifikasi fitnah menunjukan bahwa perempuan dapat menjadi subyek perdamaian, dan bukan sekadar menjadi obyek semata.

Tawakul Karman, seorang aktivis perempuan dari Yaman, perempuan pertama Arab, yang mendapatkan Nobel Perdamaian. Keberanian Tawakul Karman dalam mengkampanyekan arti penting perdamaian merupakan contoh kongkrit bahwa justru perempuan menjadi agen penting dalam perdamaian.

Ibu Kumardi selaku Pimpinan Ranting Aisyiyah Palbapang Barat, mengucapkan terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah bekerjasama secara rutin untuk meningkatkan kapasitas organisasi di Persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah. Beliau berharap semoga pengabdian masyarakat tersebut dapat memberikan keberkahan bagi masyarakat dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. (*)

Kredit

Bagikan