Pelayanan Kesehatan HIV/AIDS Dalam Masa ‘New Normal’

user
ivan 25 Juli 2020, 17:53 WIB
untitled

SLEMAN, KRJOGJA.com - Stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih terus terbangun ditengah masyarakat. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap HIV/AIDS membuat mereka melakukan ‘penghakiman’ sendiri secara sosial kepada para penderitanya. Selama masyarakat mengerti dan memahami akan HIV/AIDS, maka penularan virus mematikan tersebut tak akan terjadi sehingga tak perlu lagi mengucilkan penderitanya.

Kepala Puskesmas Gedongtengan Yogyakarta, dr Tri Kusuma Bawono SE menyatakan stigma terhadap ODHA masih cukup tinggi di tanah air. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah namun kekhawatiran masih saja tetap ada.

“Memang masih perlu digencarkannya sosialisasi ditengah masyarakat akan HIV/AIDS. Pengetahun tentang bagaimana virus ini bisa menular ke orang lain harus terus diberikan kepada masyarakat agar masyarakat tidak khawatir,” terangnya dalam seminar online dengan tema ‘Pelayanan HIV/AIDS dalam Era New Normal’ yang digelar STIKES Guna Bangsa Yogyakarta, Sabtu (25/07/2020).

Tri Kusuma Bawono menegaskan di Puskesmas Gedongtengan berbagai inovasi telah dilakukan guna memberikan pelayanan terhadap ODHA. Salah satu yang dilakukan yakni menerapkan ‘one stop service’ , menyediakan tempat ‘drop in’ hingga melakukan pendampingan terhadap ODHA.

“Bagi tenaga kesehatan (nakes) juga kami berikan pelatihan agar mereka juga dapat memberikan pelayan bagi ODHA seperti masyarakat pada umumnya. Dengan demikian para ODHA tidak merasa didiskrimanasikan dan tetap mendapat pelayanan kesehatan seperti yang lain,” tambahnya.

Walau pada masa pandemi Covid-19 seperti ini, Tri Kusuma Bawono menegaskan jajarannya tetap memberikan pelayanan bagi ODHA. Pelayanan yang diberikan sama seperti biasanya, hanya saja protokol pencegahan Covid-19 juga diberlakukan, seperti waktu pelayanan yang disesuaikan, wajib pengenaan masker hingga menjada jarak saat berada di lingkungan Puskesmas.

“Ini berlaku tak hanya bagi ODHA, namun juga bagi seluruh masyarakat yang datang. Protokol kesehatan arahan dari pemerintah harus kita laksanakan agar dapat menekan angka penularan Covid-19 ditengah masyarakat.” kata Tri Kusuma Bawono.

Desen tamu sekaligus praktisi di bidang Obstetri dan Gynekologi Program Studi Kebidanan STIKES Guna Bangsa Yogyakarta, Dr dr Mahidria Vici Virahaju SpOG menambahkan tenaga kesehatan sebagai pilar terdepan dalam melakukan penanganan terhadap pasien ODHA dituntut mampu memberikan pelayanan yang prima. Apalagi bagi ODHA yang tengah hamil bahkan menjalani persalinan, tenaga kesehatan harus bisa memberikan tindakan terbaik untuk menyelamatkan ibu dan anak.

“Tenaga kesehatan perlu memperhatikan prinsip pertolongan persalinan ibu hamil pengidap HIV. Ini sangat penting untuk menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi yang dilahirkannya,” kata Mahidria Vici Virahaju.

Ia menambahkan selama siklus kehidupan ODHA, maka sebagai tenaga kesehatan perlu memperhatikan tiga komponen pelayanan. Pertama Health Literacy yakni pelayanan pra konsepsi, kedua yaitu persiapan persalinan, laktasi dan kontrasepsi, sedangkan yang terakhir reproductive life plan.

Magdalena Diah Utami, seorang survivor ODHA dalam perbincangan virtual ini mengungkapkan pendampingan bagi orang-orang seperti dirinya sangat dibutuhkan. Hal itu penting agar kualitas dan mutu hidup para penderita ODHA dapat lebih baik lagi.

Dikatakannya selama era pandemi maupun saat masuknya masa adaptasi kebiasaan baru, ODHA juga terus menguatkan dirinya dan membiasakan diri berkawan dengan Covid-19. Artinya kebiasaan baru harus mereka jalani pula seperti masyarakat lainnya agar tak terjangkit Virus Corona.

Sementara itu panitia pelaksana kegiatan, Selasih Putri IH STrKeb MTrKeb menjelaskan, seminar ini merupakan agenda rutin sekali dalam satu semester dan bagian dari mata kuliah Reproductive Health. Seminar daring ini wajib diikuti oleh para mahasiswa D3, S1 dan Profesi Kebidanan dan Magister Kebidanan di STIKES Guna Bangsa Yogyakarta.

"Seminar ini dilaksanakan setiap semester karena merupakan mata kuliah wajib. Namun berhubung pandemi kami laksanakan secara online," kata Selasih Putri.

Dosen Program Studi Profesi Kebidanan STIKES Guna Bangsa Yogyakarta ini menambahkan pengetahuan akan HIV/AIDS akan mengurangi stigma masyarakat terhadap ODHA. Para bidan maupun tenaga kesehatan lain tentunya harus mampu menempatkan diri dan tetap memberikan layanan tanpa membeda-bedakan pasien.

“Kedepan mereka para bidan dalam menghadapi pekerjaan tentunya akan berhadapan dengan berbagai kalangan, termasuk ODHA. Bekal secara konteks ilmu inilah yang harus dikuasai agar mereka nantinya dapat benar dalam dalam melakukan tindakan,” jelasnya.

Seminar virtual yang dilaksanakan sekitar dua jam ini diikuti sekitar 1.660 peserta. Tak hanya dari kalangan mahasiswa maupun tenaga kesehatan, masyarakat juga turut ambil bagian dan mendaftarkan diri untuk dapat mengikuti seminar ini. (*)

Kredit

Bagikan