Tiga Besar Nasional Prevelansi Penderita Kencing Manis, KKN UMY Upayakan Pencegahan

user
agung 12 Maret 2020, 22:16 WIB
untitled

GUNUNGKIDUL, KRJOGJA.com - Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan penyakit tidak menular yang jumlah penderitanya kian hari kian banyak karena adanya perubahan gaya hidup. Parahnya, Daerah Istimewa Yogyakarta selalu menempati posisi 3 besar dari 33 provinsi di Indonesia dalam prevalensi penderita DM dalam satu dekade terakhir.  Data statistik menunjukkan bahwa 10-30% penderita TBC adalah pednerita DM.

Saat ini TBC atau tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang sangat tinggi inidensinya. Berdasarkan laporan TB Global 2019, penyakit menular ini menempatkan Indonesia pada posisi ketiga terbanyak jumlah penderitanya di seluruh dunia. Hal tersebut dikemukakan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dr Merita Arini MMR dalam siaran pers yang diterima KRjogja.com.

Atas dasar tersebut, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat (FKIK) UMY mengadakan program kemitraan masyarakat di Puskesmas Saptosari Gunungkidul, Yogyakarta. Kegiatan ini terdiri dari dr Merita Arini sebagai ketua, serta dr Fitria Nurul Hidayah SpPD MSc, dr Denny Anggoro Prakoso MKes sebagai anggota.Kegiatan ini merupakan inisiasi dari upaya pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian penyakit baik menular maupun tidak menular.

Menurut dr Meirita, kegiatan ini berlangsung 20 Februari 2020 diikuti sekitar 53 pasien Kelompok Program Layanan Penyakir Kronis (Prolanis) DM. "Tidak banyak masyarakat yang tahu bahwa DM merupakan faktor risiko TBC di samping merokok, HIV/AIDS, konsumsi alkohol dan malnutrisi. Artinya, jika seseorang menderita DM maka ia berisiko lebih tinggi tertular TBC," kata dr Meirita.

Hal tersebut disebabkan karena adanya penurunan daya tahan tubuh pada penyandang DM. Jika pasien DM tertular TBC, umumnya kondisinya juga lebih berat dibandingkan pasien non-DM karena dapat mudah lebih kambuh, kuman menjadi resisten obat, bahkan kematian lebih tinggi. Selain itu, pengobatannya juga menjadi lebih sulit karena dalam kondisi ini, pasien DM harus menggunakan insulin.

Diharapkan melalui kegiatan PKM yang dikoordinir Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M UMY) bisa meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien kelompok rentan (penderita DM) tentang kerentanan mereka menderita Tuberculosis (TB) dan gejala TB.

Juga meningkatkan pengetahuan pasien tentang bagaimana melakukan pencegahan TB dengan meningkatkan kepatuhannya dalam pengobatan DM dan melakukan pola hidup sehat dan bersih. Serta meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam melakukan edukasi dan pemberdayaan pasien.

Menurut dr Meirita,  kegiatan ini sesungguhnya merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya yang meliputi eksplorasi kebutuhan edukasi pasien dan petugas kesehatan, penyusunan media edukasi, termasuk review oleh pakar dan pengguna, serta pelatihan petugas kesehatan. Kabupaten Gunungkidul selama ini diketahui belum memulai implementasi program kolaborasi TBC-DM.

“Pasien kami edukasi supaya sadar bahwa jika dia tidak rajin kontrol dan gula darahnya tinggi mereka akan mudah tertular TBC,” demikian imbuh dr Rokhmat selaku dokter fungsional Puskesmas Saptosari di sela-sela kegiatan.

Dalam kegiatan ini, masyarakat kelompok rentan yang menjadi sasaran adalah penderita kencing manis yang tergabung dalam kelompok PROLANIS (Program Layanan Penyakit Kronis). Pada kelompok ini, disampaikan tentang apa itu TBC, bagaimana gejalanya, serta bagaimana mencegahnya.

“Kami ingin pasien DM lebih aware bahwa mereka adalah populasi rentan, sehingga setidaknya mereka bisa melakukan tindakan-tindakan pencegahan dan segera memeriksakan diri jika mendapati gejala-gejala yang mengarah ke TBC,” imbuh dr Merita Arini MMR. (*)

Kredit

Bagikan