Seabad SD Marsudirini, Bentuk Karakter dengan Pementasan Wayang
tomi
07 Februari 2020, 21:42 WIB

Kepala sekolah dan guru memperkenalkan wayang
YOGYA, KRJOGJA.com -Â Usia 100 tahun tak bisa dicapai dengan mudah. Banyak hal dilalui untuk mencapai umur sepanjang itu. Begitu pula yang dialami SD Marsudirini Yogyakarta yang kini berusia seabad. Sekolah ini terus menempa siswa supaya memegang teguh filsofi seperti yang ada pada tokoh-tokoh pewayangan.
Pembentukan karekter siswa dimulai sejak anak-anak menginjakkan kaki di sekolah yang berdiri pada 28 Juni 1920 dan bernama Sekolah Dasar Intemerata. Kelak, sekolah inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya SD Marsudirini yang berdiri kokoh sampai sekarang dengan bangunan bergaya gothic.
''Cerita wayang menggambarkan kehidupan manusia sehari-hari, ada tokoh baik, berbudi luhur, andhap asor, tegas, jujur, teguh pada pendirian dan sebaliknya. Ini bisa menjadi contoh bagi anak didik sebagai bagian pembentukan karakter siswa,'' tutur Kepala Sekolah SD Marsudirini, FX Oktaf Laudensius SSi.
Komitmen mengenalkan tokoh-tokoh pewayangan serta mengenalkan filosofi busana tradisional disadari sepenuhnya agar para siswa tidak melupakan jati diri. Kelak meskipun meneruskan pendidikan ke jenjang lebih tinggi tetapi tetap membumi sebagai orang yang hidup bersama dengan suku lain, agama yang berbeda, etnis yang tidak sama dan berada dalam kebersamaan penuh kerukunan di Indonesia.
Tumbuhkan Solidaritas
Sekolah tak lupa mengenalkan tokoh wayang yang terkenal dengan cerita-cerita lucunya yakni Punakawan. Anak-anak mengenal tokoh yang sering mengundang gelak tawa itu sebagai penggambaran keceriaan. Anak-anak yang selalu ceria, gembira menjalani kehidupan dalam kondisi apapun akan selalu penuh harapan.
''Keceriaan, kegembiraan perlu dibangun dan ditumbuhkan dalam diri anak-anak dan keluarga supaya mereka selalu menjalani kehidupan dengan penuh pengharapan meskipun kadang-kadang berada dalam situasi yang sulit dan tidak bersahabat,'' papar Oktaf yang menggagas maskot seabad sekolah dengan gambaran burung gelatik lokal berparuh merah muda.
Burung gelatik bernama ilmiah Padda oryzivora ini termasuk langka dan bersifat pengalah, setia dan senang berkelompok. Pengenalan wayang dan maskot burung gelatik sebagai bagian meningkatkan solidaritas kemanusiaan pada sesama tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras dan antargolongan.
Oktaf berharap para siswa usai lulus terus memegang prinsip tersebut untuk bekal menjalani kehidupan yang makin kompleks di rumah besar bersama, Indonesia. (*)
BERITA TERKAIT
BCA Life Kembali Raih Penghargaan Indonesia WOW Brand 2023
Kampung Billiard Ambarawa Dikenal Hingga Rusia
Sebanyak 1.899 Jemaah Haji Indonesia Akan Diberangkatkan ke Miqat Bir Ali Pada 1 Juni
Macapat Tatag Teteg Tutug Mulai Digelar Hari Ini
Jemaah Haji Indonesia yang Meninggal Dunia di Arab Saudi Bertambah Jadi 4 Orang
Kalah, Kilicdaroglu Klaim Pemilu Turki Tidak Adil
SMKN 1 Kasihan Luluskan 190 Manggala Budaya
Usut Dugaan Korupsi BTS 4G BAKTI, Muhammadiyah Dukung Langkah Kejaksaan Agung
Gelar Karya dan Open School SDN Minomartani 1, Cetak Siswa Berkarakter, Inovatif
BPR Berubah Nama Jadi Bank Perekonomian Rakyat, Perbarindo DIY Lakukan Sosialisasi
Bikin Kejutan, Persis Solo Masih Rahasiakan Pemain Asing Mereka
Gelar Potensi Wirausaha Kreatif dan Inklusif DIY, Semangat Agar UMKM Naik Kelas
Jemaah Indonesia Mulai Berburu Oleh-oleh di Madinah
Sebuah Helikopter Latih Jatuh di Ciwidey
Mario Dandy Pakai Kabel Ties Sendiri Viral, Kapolda Metro Jaya Minta Maaf
Langsung Datangi Hotel Jemaah Haji, Tim Promkes Beri Penyuluhan Kesehatan
PLN Bagikan Al Quran Braille dan Santunan pada Santri
PSIM Kirim Dua Wakil Berbeda di Kongres PSSI, Soroti Lisensi Klub Liga 2
Misi Promosi Pariwisata, Dispar Kulonprogo Pentaskan Wayang Wisata Istimewa di TMII
Pemda Perlu Mendorong Kalangan Swasta Berinovasi Bikin Destinasi Wisata Baru
MK Bakal Putuskan Pemilu Proporsional Tertutup?