Hoaks Seputar Cuaca Ekstrim Wajib Dikenali, Cek Fakta!

Ilustrasi. Foto: Ist
Krjogja.com - BANDUNG - Cuaca ekstrem kerap terjadi belakangan ini, hoaks seputar fenomena tersebut pun beredar di tengah masyarakat. Kondisi ini tentu dapat menyesatkan pihak yang mempercayainya.
Cuaca ekstrem semakin sering terjadi akibat pemanasan global yang memburuk seiring waktu. Fenomena cuaca yang timbul seperti banjir dan kekeringan berdampak buruk bagi lingkungan maupun masyarakat. Namun, banyak orang di Indonesia belum memahami permasalahan sepenuhnya.
Hoaks seputar cuaca ekstrem harus dihindari, Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Agus Mochamad Ramdhan mengatakan, penyampaian informasi mengenai cuaca perlu ilmu pengetahuan yang cukup kuat agat tidak terjadi penyimpangan informasi.
"Supaya informasi-informasi berseliweran yang cenderung tidak benar dapat dihindari,” kata Agus, dikutip dari situs resmi ITB, Jumat (24/2/2023).
Dosen Program Studi Meteorologi FITB ITB Joko Wiratmo mengungkapkan, informasi cuaca sering dikemas secara tidak tepat. Berita-berita yang disebut dengan hoaks ini sering viral dengan tanggal dan hari kejadiannya tidak jelas. Selain sumber berita tidak kompeten, informasi yang disampaikan terkesan tidak ilmiah.
“Misal berita-berita yang menyebabkan keresahan segera ditangkal dengan pemberitaan tepat dari media-media massa, jumlah hoaks yang beredar dapat berkurang dan masyarakat terdidik dengan informasi yang benar,” tuturnya.
Joko melanjutkan, pemahaman cuaca ekstrem di Indonesia sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari sangat penting. Kesadaran terhadap cuaca ekstrem juga dapat membantu masyarakat dalam menemukan solusi terbaik untuk membangun resiliensi dan adaptasi terhadap persoalan tersebut.
Baca Juga
Secara teori, dunia mempunyai enam subsistem yang melingkupi iklim keseluruhan atmosfer, hidrosfer, kriosfer, biosfer, litosfer, dan humanosfer.
Semua bagian tersebut saling berinteraksi untuk menghasilkan iklim yang kompleks. Maka dari itu, permasalahan ilkim tidak hanya dilhat dari segi atmosfernya saja, tetapi dilihat juga dari semua subsistem yang mempengaruhi kondisi iklim di waktu tertentu.
Cuaca atau iklim ekstrem ditandai dengan nilai parameternya jauh di bawah atau di atas normal dan diakibatkan oleh faktor alam dan manusia. Namun sebagian besar penyebab perubahan iklim adalah dari faktor manusia sebesar 90 persen.
Oleh karena itu, pengendalian perubahan iklim dimulai dari merubah perilaku manusia saat ini. Aksi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi ini adalah lebih aktif dan responsif menyuarakan kebenaran ilmiah kepada orang-orang di media massa maupun media sosial.
Masyarakat juga dianjurkan untuk meneliti setiap berita atau fenomena alam yang terjadi di sekelilingnya agar informasi yang didapatkan faktual.(*)
BERITA TERKAIT
Ramadan, Lansia di Juwangi Belajar Mengaji
Ini Dia Cara Bikin Cendol Dawet Tanpa Cetakan
Ramadan, Operasional Tempat Hiburan dan Warung Makan Dibatasi
Puluhan Lansia Isi Waktu Puasa dengan Belajar Mengaji
FPB Sukoharjo Pantau Persiapan Pembayaran THR 2023
Cara Menyelesaikan Problem Matematika dengan Computational Thingking
BPKPAD Sukoharjo Imbau Percepat Pelunasan PBB
Unik, Indra Utami Tamsir Rilis Lagu Religi Keroncong 'Bulan Ampunan'
Polres Sukoharjo Gencarkan Patroli Ramadan
Ramadan di Karanganyar, Operasional Tempat Hiburan dan Warung Makan Dibatasi
KPU Rampungkan Regulasi Alokasi Kursi Dapil
RI Punya CoE Terbesar untuk Kelistrikan dan Otomasi industri
Divonis Kanker Payudara Nunung Srimulat Jalani Kemoterapi, Begini Kesehatannya
Pria Tak Dikenal Tewas Tertabrak KA Bima
Sedang Marak 'Perang Sarung' Polisi Gagalkan Tawuran Antar Pelajar Karanganyar
Usai Menikahi Ken Umang dan Anusapati, Ken Arok Menuai Karma?
Apri-Fadia Mundur Gregoria Kalah, Indonesia Tanpa Gelar di Swiss Open 2023
Suzuki GSX-8S Resmi Meluncur, Performanya Siap Tantang Pencinta Adrenalin
PPY Bantul Adakan Pembekalan Anggota Baru, Upaya Jaga Mutu dan Standarisasi
Gantikan Martial, United Kejar Dembele
Fakta Menarik Lagu Lingsir Wengi, Benarkah untuk Memanggil Makhluk Halus?