ABU DHABI, KRJOGJA.com – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin menghadiri Konferensi Toleransi di Abu Dhabi. Konperensi tentang Toleransi, Dari Kemungkinan kepada Keniscayaan (At-Tasamuh Minal Imkan ilal Ilzam /Tolerance From Possibility to Necessity) merupakan konferensi keenam yang diselenggarakan Forum Promosi Perdamaian dalam Masyarakat Islam (Muntadat Ta’zis Silmi fil Mujtama’at al-Islamiyah/Forum for Promoting Peace in Muslim Societies) pimpinan Syaikh Abdullah Bin Bayyah, seorang ulama terkemuka di dunia dewasa ini.
Konferensi dihadiri sekitar 300 tokoh berbagai agama dari berbagai negara. Dari Indonesia, selain Din Syamsuddin hadir pula Prof Amany Lubis (Rektor UIN Jakarta), Prof Amal Fathullah Zarkasyi (Rektor Unida Gontor). Juga Prof Khuzaimah Y Tanggo (Rektor IIQ) serta KH Abdullah Jaidi (Ketua MUI) dan Dr Zaitunah (Dosen UIN Jakarta).
“Dialog tentang toleransi ini baik dan penting, sebagai pilar kehidupan dunia yang majemuk,” tandas Din dalam siaran pers yang diterima Redaksi KRJOGJA.com, Selasa (10/12/2019) petang, usai acara. Menurut Din Syamsuddin, pengembangan kemajemukan menuntut beberapa prasyarat, antara lain pengakuan akan kemajemukan, kesediaan utk hidup berdampingan secara damai, toleransi, dan kerja sama.
Toleransi, lanjut Din, adalah sikap dan pandangan mengakui bahwa di antara anasir masyarakat majemuk ada persamaan dan ada perbedaan. Toleransi adalah menghargai perbedaan disertai tenggang rasa terhadap perbedaan itu. “Konferensi dan dialog toleransi ini membawa pesan kuat dan relevan dengan Bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan. Untuk menjaga keutuhan, kerukunan, dan persatuan maka toleransi merupakan prasyarat mutlak. Dengan demikian, toleransi bukan sekedar kemungkinan tapi adalah keniscayaan,” tandas Din Syamsuddin yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI.
Karenanya, Presiden Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) tersebut mengingatkan agar tidak ada satu kelompok yang mudah mengklaim paling toleran dan kelompok lain intoleran. Klaim sepihak yg bersifat subjektif seperti itu justru akan merusak iklim toleransi yg ada. “Tuduhan sepihak seperti itu sering muncul sebagai bermotif politik. Dengan demikian sikap itu sejatinya merupakan bentuk intoleransi,” tambah Din Syamsuddin. (Fsy)