Kemendikbud Luncurkan Program Up-skilling dan Re-skilling Bagi 2.160 Guru Kejuruan SMK

user
tomi 01 Juli 2020, 19:31 WIB
untitled

JAKARTA, KRJOGJA.com - Peningkatan kualitas pendidikan vokasi tidak akan terwujud tanpa adanya keselarasan atau lebih dikenal dengan istilah link and match dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Dalam hal ini, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat terobosan program "Pernikahan Massal" antara pendidikan vokasi dengan DUDI.

Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto menyebut, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri merupakan 'mak comblang' yang akan menikahkan pendidikan vokasi dengan DUDI. "Pernikahan Massal" ini dilakukan baik di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Perguruan Tinggi Vokasi (PTV), maupun lembaga kursus dan pelatihan guna menghasilkan SDM vokasi yang unggul. Program pertama yang diluncurkan adalah Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK di Industri.

"Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK merupakan program yang sangat signifikan untuk mendukung pernikahan massal dengan dunia industri. Kita sedang merancang kurikulum SMK yang baru, yakni lebih simpel dan match karena disusun bersama industri. Kurikulum ini mencakup pemenuhan kompetensi hard skill dan soft skill secara seimbang," tutur Dirjen Wikan pada Webinar Peluncuran Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK dan Bantuan Pemerintah Bidang Kemitraan dan Penyelarasan dengan DUDI, Selasa (30/6/2020).

Tahun ini, Kemendikbud membuka kesempatan bagi 2.160 guru untuk mengikuti Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK. Dirjen Wikan mengungkapkan, dengan perkembangan teknologi di industri yang cepat, SMK harus mampu beradaptasi dengan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual dengan industri. Salah satunya, dilakukan melalui skema pembelajaran project by learning atau bring industry to school.

"Meski pembelajaran SMK tetap 60% mengedepankan praktik, tetapi seluruh mata pelajaran baik praktik maupun teori dikontekstualisasi dengan kondisi real di industri. Guru SMK tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai mentor, fasilitator, motivator, dan coach yang dapat mengubah nobody menjadi seorang superstar. Mampu membangkitkan anak menjadi kompeten setelah lulus SMK, baik secara prestasi, leadership, ability, dan kemampuan komunikasi," imbuh Mantan Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Pelaksanaan Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK sendiri didasarkan pada pemetaan empat bidang cluster center of excellence (CoE) SMK, meliputi bidang manufaktur dan konstruksi, ekonomi kreatif, hospitality, dan care service. Pemilihan CoE tersebut telah mempertimbangkan tren perkembangan industri dan kapasitas penyerapan tenaga kerja. Secara total, terdapat 21 kompetensi keahlian di SMK yang masuk dalam kriteria program ini.

Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK akan dilakukan secara online learning dan blended learining sesuai dengan kompetensi dan keterampilan kejuruan yang akan dicapai guru. Pelatihan selama 2-4 bulan ini terbuka bagi guru SMK yang memiliki usia di bawah 50 tahun dan memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). Sementara untuk informasi lebih lengkap mengenai persyaratan dapat diakses melalui laman www.vokasi.kemendikbud.go.id.

Selain Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK, pada kesempatan yang sama Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri juga meluncurkan bantuan pemerintah ke SMK, yakni meliputi: 1) fasilitasi pembentukan pusat karir siswa/bursa kerja khusus (BKK) SMK untuk 80 SMK; 2) fasilitasi kemitraan dan penyelarasan SMK dengan DUDI bagi 60 SMK; serta 3) fasilitasi pembentukan tempat uji kompetensi (TUK) SMK berstandar industri bagi 100 SMK. Terkait program-program yang diluncurkan tersebut, Dirjen Wikan berpesan bahwa setiap program yang dikeluarkan harus selaras dengan tujuan link and match pendidikan vokasi dengan DUDI.

"Setiap program bagi SMK dipastikan mindset SDM-nya sudah berubah menjadi terbuka, bukan lagi SMK yang kaku. Dengan begitu, pernikahan massal ini akan berlangsung dengan baik, begitu juga SMK yang sudah punya kemitraan dengan industri juga semakin kuat," tandasnya.

Setelah peluncuran program, Webinar kemudian dilanjutkan dengan sesi talkshow bersama Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Ahmad Saufi dan Wakil Ketua Komite Tetap Pelatihan Ketenagakerjaan KADIN Indonesia, Miftahudin, dengan dimoderatori oleh Koordinator Kemitraan dan Penyelarasan DUDI untuk SMK, Saryadi. Acara Webinar ini diikuti oleh lebih dari 1.000 peserta yang terdiri atas Kepala Dinas Pendidikan serta guru dan siswa SMK di berbagai daerah.(ati)

Kredit

Bagikan