Harga Minyak Stagnan

AMERIKA, KRJOGJA.com - Harga minyak dunia relatif tak banyak berubah pada perdagangan Senin (8/1), waktu Amerika Serikat (AS). Hal itu seiring sentimen terhadap kondisi politik di beberapa negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang mampu mengimbangi efek dari meningkatnya produksi minyak AS.
Harga minyak mentah berjangka Brent hanya naik US$0,16 atau 0,2 persen menjadi US$67,78 per barel. Sementara, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediaries (WTI) naik US$0,29 atau 0,5 persen menjadi US$61,73 per barel.
"Harga minyak diseimbangkan dengan baik pada perdagangan hari ini. Masih berlangsungnya aksi protest di Iran, bersama dengan hukuman pada beberapa pangeran di Arab Saudi baru-baru ini, telah membangkitkan kekhawatiran pada risiko geopolitik," ujar Analis Energi Senior Interfax Energi Global Gas Analytics Abishek Kumar di London.
Meskipun demikian, lanjut Kumar, prospek kenaikan lebih jauh atas produksi minyak AS di tengah perbaikan harga minyak terus mendorong sentimen bahwa harga pasar bakal turun (bearish). Pekan lalu, harga kedua kontrak berjangka menyentuh titik tertingginya sejak Mei 2015 di mana harga Brent mencapai US$68,27 per barel dan WTI US$62,21 per barel.
Berdasarkan data Badan Administrasi Informasi Energi AS, produksi minyak AS diperkirakan bakal naik hingga di atas 10 juta barel per hari (bph), mendekati level produksi Arab Saudi dan Rusia. Hal itu berkat meningkatnya aktivitas pengeboran minyak shale.
"Harga minyak AS saat ini berada di kisaran yang diantisipasi bakal menarik naiknya produksi minyak shale," ujar Kepala Analis Pasar CMC Markets Ric Spooner di Sidney.
Pelaku pasar, lanjut Spooner, mungkin memutuskan bahwa kebijaksaan merupan bagian yang lebih baik dari keberanian sembari menunggu bukti dari apa yang terjadi pada jumlah rig dan tingkat produksi untuk beberapa bulan ke depan.
Berdasarkan data Baker Hughes, perusahaan pengeboran minyak di AS mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi sebanyak lima unit pada pekan lalu, pemangkasan yang pertama dalam tiga minggu terakhir.
Kenaikan produksi minyak AS merupakan faktor utama yang menahan dampak dari pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC dan beberapa negara produsen minyak, termasuk Rusia. Kebijakan ini telah berlangsung sejak Januari 2017 dan bakal berakhir pada akhir 2018. (*)
BERITA TERKAIT
Mendikbudristek: Jangan Gunakan Test Calistung dalam Penerimaan Calon Siswa SD
Transformasi Diklat, Kemenag Luncurkan Digital Learning Center dan Smart Classroom
Alokasi Anggaran Pemerintah Terbatas untuk Membiayai KIP Kuliah
Partai Berkarya Tetap Konsisten Memberikan Pengabdian untuk Bangsa
UAD Bermitra dengan 11 PT Luar Negeri
Tambah Daya Listik Hingga 5.500 VA Kok Cuma Rp 200 Ribu?
Safari Tarawih Di Gedung DPRD Kulonprogo, Pj Bupati Imbau Pejabat Hidup Sederhana
Fatalitas Tinggi Akibat Virus Marburg, RI Waspada
Bertema Budaya, Open Call Layar Anak Indonesiana 2023 Sudah Mulai
Laga PSIS Lawan Persebaya Digelar, Aparat Keamanan Semarang Disibukkan Suporter Bonek
7 Angkringan Enak Harga Terjangkau di Sukoharjo, Cocok untuk Berburu Takjil
Erick Thohir Bertemu FIFA, Cari Solusi Soal Penolakan Timnas Israel
Pemudik Bakal Naik, Ditjen Hubla Turut Berperan Aktif Mempersiapkan Angleb 2023
Ini Bahaya yang Mengintai Jika Menyimpan Bahan Mercon, Simak Sejarahnya
Klaim Bebas BPA Kemasan Non Polikarbonat, Berpotensi Bahayakan Konsumen
Safari Tarawih 1444 H Pemkab Kulonprogo, Ini Jadwalnya
Mengenal Desa Modern Berbasis Digital di Desa BRILian Mijen Kudus
Diduga Salah Tangkap Terdakwa Klithih Gedong Kuning, Ortu Desak Kawalan Kompolnas
Keikutsertaan Timnas Israel Tak Ada Kaitannya dengan Politik RI ke Palestina
Untung yang Tidak Beruntung, Akhiri Hidup Terjun ke Sungai Kalibulan
Presiden Jokowi Menjamin Keikutsertaan Timnas Israel di Piala Dunia U-20