Ini Dia Hasil Konferensi Ulama Afghanistan-Indonesia-Pakistan

user
danar 12 Mei 2018, 06:50 WIB
untitled

BOGOR, KRJOGJA.com - Konferensi ulama dan cendekiawan dari Afghanistan-Indonesia-Pakistan, yang diselenggarakan di Istana Bogor pada 11 Mei 2018, telah ditutup oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.

Perhelatan yang ditujukan untuk membahas upaya perdamaian serta stabilitas di Afghanistan melahirkan sebuah deklarasi bernama Bogor Ulema Declaration for Peace (Deklarasi Para Ulama di Bogor untuk Perdamaian).

Deklarasi itu berisi 11 poin kesepakatan para ulama, yang secara garis besar menyepakati untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan persatuan, menyerukan penghentian kekerasan, ekstremisme, dan terorisme, serta menyegerakan rekonsiliasi antara semua pihak yang terlibat dalam konflik menahun di Afghanistan.

"(Hal itu diperlukan) menimbang, telah banyak saudara saudari kami yang mengalami penderitaan berkepanjangan," kata Ataullah Lodin, delegasi ulama Afghanistan saat membacakan kutipan awal isi dari deklarasi tersebut di Istana Bogor (11/5/2018).

"Kami juga mengutarakan dukungan bagi Afghanistan yang damai dan sejahtera. Kami juga menekankan bahwa ulama memiliki peran penting untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan memberikan dukungan untuk membangun proses-proses menuju perdamaian di Afghanistan," lanjutnya.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (Wapres JK), selaku perwakilan pemerintah Indonesia yang menjadi tuan rumah, menyambut baik deklarasi tersebut -- meski, konferensi itu terlaksana tanpa kehadiran kelompok Taliban, yang digadang-gadang oleh sejumlah pihak sebagai salah satu penyebab konflik dan instabilitas yang terjadi di Afghanistan.

"Tujuan akhir adalah perdamaian antara pemerintah Afghanistan dengan Taliban. Itu tujuan akhirnya. Dan konferensi ini adalah awal untuk mendorong mereka (berbagai pihak dari Afghanistan dan Pakistan, termasuk Taliban) untuk duduk bersama-sama mencapai perdamaian di Afghanistan," kata Wapres JK.

"Tapi ini masih awal. Masih panjang prosesnya untuk menuju perdamaian penuh di Afghanistan," lanjutnya.

Hal senada juga diutarakan oleh salah satu ulama anonim Afghanistan yang hadir dalam konferensi tersebut.

"Hasil itu merupakan awalan yang baik, di mana kami bisa duduk dan berdialog bersama dengan ulama Afghanistan dan Pakistan," ujar ulama tersebut.

"Ini tonggal awal yang positif untuk dialog dan negosiasi lebih lanjut. Kami berharap agar proses-proses berikutnya bisa memberikan hasil yang lebih baik," tambahnya.

Konferensi ulama Afghanistan-Indonesia-Pakistan digagas oleh Presiden RI Joko Widodo kala melakukan kunjungan kenegaraan dan bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul pada Januari 2018.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menindaklanjuti gagasan tersebut saat mengunjungi Afghanistan pada Februari 2018 untuk menghadiri Kabul Peace Process yang diinisiasi oleh Presiden Ghani.

Pakistan, yang kerap dituduh komunitas internasional sebagai sekutu Taliban, turut menyambut dan mendukung inisiatif Indonesia menggelar konferensi tripartit tersebut.

Islamabad sendiri membantah menjadi sekutu Taliban, dengan beralasan bahwa penghentian konflik dan perdamaian di Afghanistan merupakan kunci bagi stabilitas domestik Pakistan sendiri.(*)

Kredit

Bagikan