Sah, Baguette Prancis jadi Warisan Budaya TakBenda Unesco

Baguette dalam keranjang digambarkan di sebuah toko roti, di Versailles, sebelah barat Paris, Selasa, 29 November 2022. Baguette, roti yang lembut dan memanjang dengan kerak yang renyah, adalah simbol Prancis di seluruh dunia dan telah menjadi bagian
Krjogja.com - PARIS - Franch Baguette, roti dengan bagian luarnya yang keras dan bagian tengahnya yang lembut, tetap menjadi bagian klasik dari kehidupan Prancis.
Lebih dari enam miliar buah roti dipanggang setiap tahun di Prancis, menurut Federasi Nasional Toko Roti Prancis, dan "status warisan budaya takbenda" badan PBB akan diberikan untuk menghormati tradisi tersebut.
"Ini merayakan seluruh budaya: ritual harian, elemen struktural dari makanan, identik dengan berbagi dan keramahtamahan," kata direktur jenderal UNESCO Audrey Azoulay, dikutip dari NST.com, Kamis (1/12/2022).
Berbicara dari Washington selama kunjungan ke Amerika Serikat, Macron memuji pengakuan UNESCO atas "pengetahuan" Prancis.
"Ini adalah sesuatu yang tak ada bandingannya," katanya.
Prancis telah kehilangan sekitar 400 toko roti artisanal per tahun sejak 1970, dari 55.000 (satu per 790 penduduk) menjadi 35.000 saat ini (satu per 2.000).
Penurunan ini disebabkan oleh penyebaran toko roti industri dan supermarket luar kota di daerah pedesaan, sementara penduduk kota semakin memilih menukar baguette ham mereka dengan burger.
Meskipun baguette tampaknya abadi dalam kehidupan Prancis, baguette baru secara resmi mendapatkan namanya kembali pada tahun 1920, ketika undang-undang baru menetapkan berat minimum (80 gram) dan panjang maksimum (40 sentimeter).
"Awalnya, baguette dianggap sebagai produk mewah. Kelas pekerja memakan roti biasa saja," kata Loic Bienassis, dari Institut Sejarah dan Budaya Pangan Eropa, yang membantu menyiapkan dokumen UNESCO.
"Kemudian konsumsi meluas, dan warga pedesaan bisa menikmati baguette pada 1960-an dan 70-an," katanya.
Sejarah Awalnya Agak Tidak Pasti
Ada yang bilang roti panjang ini sudah umum di abad ke-18.
Salah satu kisah populer adalah bahwa Napoleon memerintahkan roti itu dibuat dalam tongkat tipis yang bisa lebih mudah dibawa oleh tentara.
Tautan lain menyebut baguette ada kaitannya dengan pembangunan metro Paris pada akhir abad ke-19, dan gagasan bahwa baguette lebih mudah dirobek dan dibagikan, menghindari pertengkaran antara pekerja.
Prancis mengajukan permintaannya ke UNESCO pada awal 2021, dan baguette dipilih. (*)
BERITA TERKAIT
Komitmen Cegah Pungli, UPUBKB Boyolali Terima Penghargaan Stranas PK Terakreditasi A
Pesan Bunda Corla Sebelum Pulang ke Jerman: Jangan Saling Membuka Aib!
Wuri Hantoro Hadirkan Presiden di JEC
Lisa Loring 'The Addams Family' Tutup Usia, Putrinya Memegang Tangannya
Penerapan GCG Kuat Antarkan BRI Jadi Top 3Â Asean Corporate Governance Scored Card
Hadapi Tantangan Era Elektrifikasi, Toyota Indonesia Akselerasi Kompetensi SDM Vokasi
Baru Seminggu Dipelihara, Sapi Paingin Mati Tertimpa Pohon Tumbang
Jadwal Liga Italia 2022/2023: Inter vs Milan, Salernitana vs Juventus
Muhammadiyah: Awal Ramadan 23 Maret, Idul Fitri 21 April 2023
Geser Shin Tae-Yong, Indra Sjafri Jadi Pelatih Timnas SEA Games 2023
329 Calon Panwaslu Kalurahan Lolos Seleksi Administrasi
Sukses Transformasi Bisnis Bank Mandiri Ciptakan Values Baru
Ditlantas Polda Jateng Uji Coba ETLE Drone di Purbalingga
Dua Pekan Lagi, Mendag Janjikan Minyakita Bakal Banjiri Pasar Lagi
Yevhen Borong Dua Gol, PSS Perkasa di Demang Lehman
Puasa Sunnah Ayyamul Bidh Februari 2023 : Jadwal, Niat dan Keutamaannya
Road To UFC: Jeka Saragih Rela Berdarah-darah Hadapi Anshul Jubli
Gibran Rakabuming Digandeng Megawati, Minta Publik Membaca Ekspresi Wajahnya
Istilah 'Body Count' Sedang Viral di Medsos, Ternyata Mengarah ke Sex
HP Samsung Galaxy S23 Bakal Pakai Gorilla Glass Victus 2
Atasi Barito Putra, PSS Sleman Tatap 10 Besar