Kisah Kiai Poleng dan Nyai Remeng, Ritual Pesugihan di Sendang Bulus Telah Dilarang

user
Ary B Prass 04 Februari 2023, 11:57 WIB
untitled

Krjogja.com - KLATEN - Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Klaten memiliki sumber air di tengah permukiman penduduk bernama Sendang Bulus Jimbung, yang terkenal karena ritual pesugihan yang kini telah dilarang sejak dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Sendang itu dulunya dikenal sebagai sarang dua bulus yang dikaitkan dengan legenda yang ada di Jimbung. Dua bulus itu bernama Kiai Poleng dan Nyai Remeng, yang konon jelmaan manusia. Sendang Bulus Jimbung berada di Dukuh Jimbung Guo.

Ada dua sendang di tempat itu. Satu sendang dinamakan Sendang Lanang dengan kedalaman sekitar 1,5 meter dan satu lagi Sendang Putri dengan kedalaman sekitar 2 meter. Ada struktur batuan unik di samping sendang serta pohon randu alas raksasa.

Dua sendang ini sebenarnya lebih mirip ceruk karena di sekitarnya dikelilingi struktur batu kapur putih keras mirip karang laut.

Kawasan di Klaten ini memang sejak lama dikenal sebagai Sendang Bulus Jimbung. Julukan itu tidak terlepas dari keberadaan dua bulus (amyada cartilaginea) yang diyakini sebagai penghuni sendang dan dikaitkan dengan mistis dan legenda setempat.

"Namanya Kiai Poleng dan Nyai Remeng, menurut cerita itu pasangan seperti suami istri. Kiai Poleng yang mati terakhir oleh Pemkab Klaten dilarung di pantai selatan," tutur juru kunci Sendang, Ruri (77).

Ruri menceritakan Kiai Poleng mati pada 2009 silam, sedangkan Nyai Remeng mati beberapa tahun sebelumnya. Saat ini diyakini di area sendang tersebut masih ada keturunan dari Kiai Poleng dan Nyai Remeng.

"Masih ada (keturunannya) tapi masih kecil-kecil. Tidak bebas seperti Kiai Poleng bisa dilihat, dinaiki dan biasanya saat saya panggil dibawakan ayam untuk makan akan muncul," ujar Ruri.

Ruri mengaku tidak mengetahui persis usia Kiai Poleng sebelum mati. Namun, pihaknya sempat mengukur panjang dan lebar dari tempurung Kiai Poleng tersebut.

"Panjang 135 cm dan lebar 85 cm tapi usianya tidak ada yang tahu. Karena konon menurut cerita, itu bukan bulus tapi jelmaan manusia yang dikutuk raja karena Kiai Poleng dan Nyai Remeng itu blusukan melamar raja atas perintah Putri Kaling majikannya," papar Ruri.

Secara fisik, kata Ruri, Nyai Remeng hanya berwarna gelap biasa. Tapi Kiai Poleng memiliki warna belang di tempurungnya.

"Jadi ada belang hitam putih-hitam putih. Punggungnya juga cekung tidak menonjol," ungkap Ruri.

Ruri mengenang sebelum kompleks sendang dibangun pada sekitar tahun 1950-an, dua bulus itu bebas naik dan bertelur di bebatuan. Kala itu, dia masih kecil dan kedua bulus itu sudah berukuran besar.

"Saat saya kecil sudah ada (bulusnya). Saya jadi juru kunci sejak tahun 1972, meneruskan ayah dan kakek saya," terang Ruri.

Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemkab Klaten Yuli Budi Susilowati menyebut belum ada catatan tentang legenda bulus Jimbung di catatannya. Namun, dia membenarkan bulus Kiai Poleng mati tahun 2009.

"Untuk bulus yang mati itu saya malah ikut megang waktu dibawa ke Pemda dinaikkan mobil kijang dibungkus kain putih sebelum dibawa ke laut selatan. Punggungnya diberi bunga mawar dan cangkangnya empuk waktu itu," pungkasnya. (*)

Kredit

Bagikan