Krjogja.com - MAGELANG - Sebanyak 207 siswa SMP Muhammadiyah Satu Alternatif (SMP Mutual) Kota Magelang mengikuti wisuda di forum "Khutbah Wada' Angkatan ke-5", Kamis (8/6/2023). Kegiatan yang bertemakan "Anteping Laku Bebarengan Nggayuh Lintang" tersebut dilaksanakan di Grand Artos Hotel & Convention Magelang.
Di forum kegiatan ini juga diberikan beberapa penghargaan, diantaranya yang banyak hafalan Alquran terbanyak, siswa terdisiplin, siswa tersopan, siswa dengan prestasi non akademik terbanyak maupun lainnya.
Kegiatan ini juga dihadiri dan berbicara di forum ini Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Magelang Rifqi Muhammad PhD maupun lainnya, termasuk perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang.
Kepala SMP Mutual Kota Magelang Wasi'un SPdI MPdI memimpin rangkaian acara tersebut, diantaranya proses wisuda dengan memindahkan tali kucir toga dan menyerahkan ijazah kepada wisudawan. Dikatakan Wasi'un, dari jumlah 207 tersebut ada 3 kelas boarding dan 4 kelas fullday.
Juga dikatakan, membersamai semenjak Angkatan-1 hingga Angkatan-5 dinilai sangat luar biasa romantikanya, apalagi Angkatan-5 ini juga sempat mengalami pandemi yang luar biasa, yang tentunya jauh dari ekspektasi banyak pihak.
"Tetapi kita terus berusaha semaksimal mungkin, karena yang namanya pendidikan itu proses yang panjang yang tidak hanya tergantung pada pihak sekolah, tetapi juga di rumah, lingkungan dan lain sebagainya," kata Wasi'un.
Karena itu pada Kamis (8/6/2023) para siswa diwisuda, yang tentunya bukan berakhir, tetapi ini adalah berkelanjutan di jenjang-jenjang pendidikan berikutnya.
Pada saat itu Wasi'un juga berpesan kepada para orangtua siswa untuk mencari sekolah yang memang di dalamnya ada karakter keislaman. Kepada para siswa wisudawan juga dititipkan pada jenjang selanjutnya.
Walaupun ini hanya berupa peralihan jenjang, lantaran pendidikan tidak pernah akan putus, agar di tingkat selanjutnya mereka mampu lebih meningkatkan lagi yang lebih baik.
Diantara wisudawan ini ada yang sudah mendapatkan sekolah, diantaranya sekolah berasrama, boarding maupun lainnya. Semua itu hendaknya disyukuri, yang belum mendapatkan sekolah dioptimalkan sekolah-sekolah yang memaksimalkan nilai-nilai keagamaan.
Di paradigma kurikulum merdeka, lanjutnya, proses kegiatan belajar-mengajar dinilai luar biasa yang ada di satuan pendidikan dimanapun berada. Para siswa dituntut untuk bagaimana belajar dengan baik, dengan melihat situasi dan lingkungan karena guru harus melakukan pembelajaran berdiferensiasi.
Ketika berada di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, diharapkan para wisudawan ini dapat lebih meningkatkan lagi kualitas belajarnya. (Tha)