Krjogja.com - YOGYA - Keluarga Alumni Teladan Yogyakarta (KATY) menggelar dialog kebangsaan di Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, Sabtu (12/11/2022). Kegiatan ini dalam rangkaian acara Lustrum XIII dan HUT ke-65 SMA N 1 Yogyakarta.
Dalam kegiatan tersebut, Ir. H. Muhammad Romahurmuziy, M.T. yang akrab disapa Gus Rommy, Ketua Umum Lustrum XIII menyoroti sistem pendidikan yang sering berubah. Setiap rezim pemerintahan berganti, bisa dipastikan sistem pendidikan juga akan berubah.
“Tahun 1980-1990 masuk perguruan tinggi namanya UMPTN, kemudian berubah menjadi SBMPTN dan itu terus berubah,” kata Rommy.
Romahurmuziy mengaku tidak begitu memahami esensi dari perubahan nama ini. Namun, dia khawatir isinya juga berubah. Sementara di negara maju seperti Amerka Serikat, masuk perguruan tinggi tesnya hanya satu dan tidak pernah berubah.
"Nah ini yang mengherankan. Mereka konsisten dan Alhamdulillah kita konsisten perubahannya," katanya.
Perubahan ini dikhawatirkan akan menjadi permasalahan pendidikan. Namun dia meyakini isu ini sudah ditangkap Menteri Pendidikan yang juga sesama alumni Amerika Serikat sehingga membuat Kurikulum Merdeka.
Sementara Wakil Ketua MPR RI, Arsul Sani mengatakan, meski dianggap lebih baik dibanding kurikulum 2013, namun ada beberapa catatan dalam pelaksanaan kurikulum merdeka. Pertama, efektivitas implementasi kurikulum merdeka ini belum terlihat seperti kurikulum 2013.
"Di samping itu belum ada panduan yang utuh dan lengkap untuk melaksanakan kurikulum ini," kata dia.
Kemudian kesiapan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran berbasis proyek yang ingin terkait dengan yang ada di dalam kurikulum tersebut masih terbatas. Tak hanya itu, dengan adanya mata pelajaran peminatan tentu akan berimbas pada guru yang tidak mendapatkan siswa dan tidak mendapatkan kelas sehingga bisa mengajaknya di bawah 24 jam dan itu berdampak pada tunjangan sertifikasi.
Asrul menyebut penyederhanaan materi dan administrasi pembelajaran yang ditawarkan tidak terlihat karena hanya mengubah format kurikulum 2013. Sekolah penggerak pada dasarnya sudah baik akreditasi A dan B sehingga sasarannya tidak terbatas pada sekolah dengan akreditasi A dan B.
“Dana untuk uji coba juga ternyata besar,” katanya.
Dialog kebangsaan ini menghadirkan Dr Cecep Suryana MM ( Kapokja Kemitraan Daerah dan Pemberdayaan Komunitas Direktorat PMPK Kemendibudristek), Isti Fatimah MPd (Kepsek SMA 2 Bantul), Tumisih MPd (Kepsek SMA 2 Playen Gunungkidul). Serta beberapa penanggap seperti M Nur Rizal (Gerakan Sekolah Menyenangkan), Ki Darmaningtyas (Pengamat dan Pemerhati Pendidikan), Drs Jumadi Msi (Kepsek SMA 1 Teladan Yogyakarta) serta apt Aris Widayati Msi PhD (Konsultan BPMP DIY).(*)