SEMARANG,KRJOGJA.com- Unika Soegijapranata Semarang menggelar seminar lingkungan hidup "Bahaya polutan Mikro dan Nano Plastik pada Kehidupan Manusia' di kampus Unika kawasan Bendan Duwur, belum lama ini. Pembicara utama seminar di antaranya Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang Drs Hartana Subekti MSi, Dr Ir Djoko Suwarno MSi (dekan Fak Teknik Unika), Inneke Hantoro STP MSc (peneliti Fak Teknologi Pangan Unika) dan dr Phenny Porlury MMed Ed (kedokteran Unika).
Para pembicara setuju perlu tindakan nyata dalam mengurangi dan mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia yang disebut sebagai terbesar kedua di dunia terkait dengan sampah plastik. Selain perlunya masyarakat membatasi penggunaan plastik untuk keperluan sehari hari, termasuk kantong plastik untuk belanja, juga melakukan upaya upaya pengolahan sampah plastik secara baik.
"Kota Semarang sejauh ini sudah bagus melakukan pengeloaan sampah termasuk sampah plastik lewat pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan cara sampah ditimbun beberapa waktu lalu menjadi gas metan dan gas metan dipergunakan untuk menghidupkan turbin guna menghasilkan listrik. Lewat hibah pemerintah Denmark ini bisa didapat.
Dalam 1 sampai 8 tahun ke depan gas metan dari TPA sampah kota ini cukup. Selanjutnya mulai tahun depan akan mulai dibangun proses pengolahan sapah yang lebih modern dengan PSEL atau pengelolaan sampah menjadi energi listrik" ujar Hartana.
Menurut Hartana, cara baru nantinya sampah di TPA akan langsung masuk mesin untuk jalankan turbin dan selanjutnya bisa menghasilkan enegeri listrik, tidak perlu nunggu ditimbun lama dulu untuk bisa langsung diproses.Â
Sementara itu Djoko Suwarno menyatakan kasus plastik sudah jadi kasus global, di antarnya lewat lautan yang bisa tersebar ke mana mana. Misalnya banyak plastik di lautan kita berasal dari Malaysia, Singapura dan negara tetangga lain. Ini terlihat jenis jenis plastik yang ditemukan merupakan plastik kemasan dari berbagai perusahaan di negara tetangga.
"Indonesia dituding kedua terbesar sampah karena rata rata di Indonesia belum 100 persen sampah terangkut ke TPA , 30 persen sebagian dikubur, sada yang dibakar, dan dibuang sungai. Empatbelas persen dari sampah TPA saat ini jenis plastik yang dulu di bawah 10 persen. Juga sebelaum tahun 2000 jumlah sampah oranik 70 dan unorganik termasuk plastik 30 persen. Sekarang organis 60 persen dan 40 persen unorganis salah satunya plastik yang naik terus jumlahnya. Ada yang perlu kita kelola untuk optimalkan semua sampah diangkut ke TPA.
Dari infrastruktur bisa memungkinkan diangkut TPA. Sampah ke kontener masih terurai belum dipadatkan sehingga mengurangi jumlah sampah yang tidak terkelola" ujar Djoko. (sgi)