Perkembangan Agama Islam dan Batik di Kota Solo

- Selasa, 19 September 2023 | 08:55 WIB
  Batik Sudagaran yang kaya motif dipamerkan dalam Perayaan Hari Batik Nasional ke-13 di Pendopo RAY (Juvintarto)
Batik Sudagaran yang kaya motif dipamerkan dalam Perayaan Hari Batik Nasional ke-13 di Pendopo RAY (Juvintarto)

KRjogja.com - SEJARAH dan budaya di Kota Solo tak akan ada habisnya untuk diulas dan dipelajari. Salah satu kawasan yang penuh jejak sejarah adalah Laweyan atau yang juga dikenal sebagai Kampung Batik Laweyan.

Mengutip dari surakarta.go.id, terdapat tiga makam tokoh penting Laweyan yang sekaligus menjadi saksi bisu perkembangan agama Islam dan budaya batik. Ketiga makam tersebut adalah makam Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk, dan keturunan Brawijaya V.

Baca Juga: Cegah Kebakaran Gunung Bromo Terulang, Ini yang Dilakukan BB TNBTS

1. Ki Ageng Henis

Ki Ageng Henis merupakan sosok pengajar agama Islam dan ahli batik. Kontribusinya cukup besar dalam penyebaran agama Islam di wilayah Laweyan.

Selain mengajarkan agama Islam kepada penduduk setempat, Ki Ageng Henis juga berjasa dalam mengenalkan teknik membatik kepada warga sekitar. Melalui upayanya, seni membatik pun mulai berkembang di Kota Solo.

Makam Ki Ageng Henis terletak di tepi Sungai Jenes, Laweyan. Dahulu, lokasi tersebut sering digunakan sebagai mobilitas perdagangan batik oleh warga sekitar. Pada bagian samping makam, terdapat masjid yang didirikan pada 1546. Konon, masjid tersebut merupakan masjid tertua di Kota Solo.

Menariknya, masjid ini awalnya adalah tempat beribadah agama Hindu. Hingga akhirnya, bangunan tersebut diubah menjadi tempat ibadah bagi umat Islam.

Selain itu, komplek makam Ki Ageng Henis, dikenal sebagai Pasareyandalem Kyai Ageng Henis. Komplek makam tersebut telah berdiri sejak 1745. Terdapat sekitar 4.000 makam tua di kompleks makam tersebut.

Setiap bulan Sura, makam-makam tersebut selalu ramai pengujung. Beberapa di antaranya rela datang pada dini hari untuk berdoa dan menikmati ketenangan.

Baca Juga: Sumbu Filosofi Yogyakarta Resmi Ditetapkan UNESCO jadi Warisan Dunia, Ini Kata Sultan HB X

2. Ki Ageng Beluk

Nama Beluk diperoleh Ki Ageng Beluk dari ritual keagamaan umat Hindu, yakni dari asap dupa. Dalam bahasa Jawa, asap dikenal sebagai beluk.

Pada masa kerajaan Pajang, seorang tokoh Muslim bernama Ki Ageng Henis datang ke daerah ini dan mulai menyebarkan ajaran agama Islam. Ki Ageng Beluk kemudian memutuskan untuk mengikuti ajaran Islam yang diperkenalkan oleh Ki Ageng Henis.

Halaman:

Editor: Danar W

Tags

Artikel Terkait

Terkini

'Disorder': Satu Bulan Penuh Kekacauan Agung Bule

Jumat, 29 September 2023 | 10:55 WIB

Sekaten Digelar di Yogya dan Solo, Sama Atau Beda?

Jumat, 29 September 2023 | 02:10 WIB

Membincang Bunyi yang Menumbuhkan Tanaman di FKY 2023

Kamis, 28 September 2023 | 21:39 WIB

Regina Art Monolog Bakal Dipentaskan di 5 Negara Eropa

Selasa, 26 September 2023 | 21:07 WIB

Ascoltate 40 Paculmas Gali Kesenian Banyumas Sarat Makna

Selasa, 26 September 2023 | 16:57 WIB

Perkembangan Agama Islam dan Batik di Kota Solo

Selasa, 19 September 2023 | 08:55 WIB

Seloso Wage, Pawiyatan Aksara dan Sesorah Digelar

Rabu, 6 September 2023 | 20:30 WIB
X