Gunungkidul Pencetak Penyerang Profesional Subur di DIY, Eks Pemain PSIM Ungkap Penyebabnya

Photo Author
- Selasa, 18 Juni 2024 | 12:14 WIB
ony Yuliandry bersama Hokky Caraka dan anak-anak Gunungkidul saat berlatih bersama (ist)
ony Yuliandry bersama Hokky Caraka dan anak-anak Gunungkidul saat berlatih bersama (ist)

Krjogja.com - YOGYA - Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu daerah penghasil pemain sepakbola profesional Indonesia khususnya penyerang. Sepanjang 15 tahun terakhir, putra-putra Gunungkidul melesat menjadi pemain profesional yang bermain di Liga 1, Liga 2 bahkan menyentuh timnas Indonesia.

Belakangan tentu nama Hokky Caraka yang dikenal luas masyarakat Indonesia. Hokky saat ini bermain di PSS dan menjadi penyerang andalam timnas baik U-23 juga senior.

Hokky menjadi nama paling baru, putra Gunungkidul yang moncer. Putra asli Ponjong menjadi pemain paling berprestasi dibandingkan para pendahulunya yang juga asli Gunungkidul.

Sebelum Hokky, tentu publik sepakbola DIY mengingat nama-nama seperti Ken Noveryan, Arbeta Rockyawan, Martinus Novianto hingga yang paling awal Tony Yuliandry. Semuanya masih dan pernah berstatus pemain profesional di klub-klub Liga 1 dan Liga 2 Indonesi.

Tony Yuliandry bahkan pernah berstatus pemain asing karena bermain di Liga Timor Leste. Ia diboyong ke negara tetangga karena saat itu menjadi penyerang yang cukup mencuat di wilayah DIY, ketika masih bermain untuk PSIM.

Martinus Novianto juga cukup lama bermain untuk Bali United di Liga 1. Ia kini menjadi pemain Deltras Sidoarjo setelah dua tahun lalu membawa Deltras promosi dari Liga 3 ke Liga 2.

Catatan cemerlang Gunungkidul ini terbanyak dibandingkan empat kabupaten/kota lainnya di DIY. Tidak banyak saat ini, di era sepakbola modern (setelah tak boleh APBD) anak-anak lokal terutama penyerang yang main di kompetisi profesional.

Tony Yuliandry, eks bomber PSIM dan PSS yang kini menjadi pelatih menceritakan bahwa perjuangan anak-anak Gunungkidul memang lebih keras dari lainnya. Hokky Caraka misalnya menurut dia, dari Ponjong menuju Kota Yogyakarta untuk berlatih saat junior, menempuh 50 kilometer yang mungkin paling jauh dibanding pemain seusianya lainnya.

"Dari sisi keseriusan, dengan jarak 50 kilometer, dilakukan hampir setiap hari untuk berlatih. Itu tentu jadi bukti bahwa anak-anak di Gunungkidul serius. Mereka harus berlatih di Kota Yogya karena di sana lebih intensif. Mereka berproses dari SSB, kemudian Popnas, Porda, Pra Pon yang menempa mental," ungkap Tony ketika berbincang dengan KRjogja.com, Selasa (18/6/2024).

Ketika disinggung mengenai bakat alam anak-anak Gunungkidul, Tony tak menampik hal tersebut. Namun menurut dia, bakat yang dimiliki kemudian diperjuangkan dengan ketekunan berlatih.

"Saya dulu, hampir setiap hari latihan pagi sore secara mandiri. Ini ternyata diikuti teman-teman seperti Martinus, Rocky, Ken dan Hokky juga sampai sekarang. Kemarin saat libur kompetisi, Hokky rutin latihan bersama saya dan anak-anak Gunungkidul yang kemarin di Pra Pon juga Liga 3. Mungkin ini salah satu hal positif," lanjutnya.

Tony memberikan porsi latihan bagi Hokky dan anak-anak Gunungkidul. Ia pun berharap akan muncul Hokky muda dan mengikuti peta jalan menjadi pemain profesional.

"Mudah-mudahan terus regenerasi, anak-anak Gunungkidul jadi pemain profesional di Liga Indonesia. Saya berusaha membantu sebisa saya, karena saat ini sudah menjadi pelatih. Semoga muncul lebih banyak lagi," pungkas Tony. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

X