Sedang MilkLife Shakers sendiri tampil meyakinkan di fase gugur.
Mereka membungkam Lion City Sailors 3-0 di perempat final lewat gol-gol dari Albianca Raula, Rere Zenita Farza, dan Giada Soebianto.
Tren kemenangan mereka berlanjut ke semifinal, mengandaskan Singapore Football Club juga dengan skor 3-0.
Gol kali ini dicetak oleh Giada, Rere, dan Ika Wonda.
Namun, mimpi menjadi juara pupus setelah dikalahkan tipis 0-1 oleh NDC A di final yang penuh tensi dan emosi.
Program Director MilkLife Soccer Challenge, Teddy Tjahjono, memberikan apresiasi tinggi atas performa dua tim binaannya.
“Walaupun belum menjadi juara, kami bangga dengan capaian ini."
"Tujuan utama kami memang untuk mengukur kemampuan para pemain dalam atmosfer kompetisi internasional. Ini bekal penting untuk menghadapi tantangan yang lebih besar ke depan," ujar Teddy.
Ia juga menambahkan bahwa banyak pelatih dan pendukung tim lawan yang terpukau dengan kualitas permainan para pemain muda Indonesia.
"Itu jadi sinyal positif bahwa talenta sepak bola kita patut diperhitungkan,” imbuhnya.
Pelatih kepala kedua tim, Timo Scheunemann, menilai anak asuhnya telah menunjukkan karakter kuat meski belum tampil maksimal.
"Mereka bisa lebih baik. Tapi mengingat ini adalah pengalaman pertama mereka bertanding melawan tim-tim luar negeri, wajar jika masih ada kekurangan."
"Yang terpenting, mental sebagai atlet sudah mulai terbentuk," jelas Timo.
Hal ini diamini oleh Kazumi Z A Nurlan, bek tangguh HydroPlus Strikers.
Siswi SDN 203 Kacapiring Bandung ini mengakui bahwa adaptasi terhadap ukuran lapangan final yang lebih besar menjadi tantangan tersendiri.