“Kami latihannya di lapangan yang lebih kecil. Jadi tadi terasa cepat capek. Tapi saya senang dan banyak belajar, tentang komunikasi, bertahan, dan kerja sama tim,” ungkapnya.
Di kubu MilkLife Shakers, air mata mewarnai kekalahan mereka di final.
Salah satunya datang dari Locita Waranggani Olah Nismara, atau akrab disapa Loli.
Meski tangis pecah, Loli tetap menyampaikan rasa syukur.
"Walaupun belum juara, tapi kami gak takut lawan yang posturnya lebih besar."
"Skill kami bisa diadu. Ini juga berkat dukungan mama dan kakak yang datang dari Surabaya," ucap siswi SDN Pacarkeling V Surabaya itu.
Sang ibu, Mela Damayanti, yang hadir langsung di Singapura, mengungkapkan rasa bangganya.
"Saya rencanakan dari jauh-jauh hari agar bisa mendampingi Loli. Dulu saat dia tanding di China saya tidak bisa ikut."
"Sekarang saya pastikan hadir dan rasanya luar biasa melihat perjuangan mereka," kata Mela haru.
Sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan luar biasa para pemain, tim pelatih mengajak mereka berwisata menjelajahi ikon-ikon kota Singapura, seperti Marina Bay Sands, Merlion Park, hingga Universal Studios Singapore.
Momen ini menjadi penutup manis sekaligus kenangan tak terlupakan bagi para pemain muda Indonesia.
Di balik keberhasilan ini, berdiri pula peran penting dari tim pendukung, yakni Asep Sunarya (Asisten Pelatih Kepala), Maya Susmita (Asisten Pelatih U-12), Yayat Hidayat (Asisten Pelatih U-14), serta Edi Supriyanto (Manajer Tim), yang tak henti mendampingi dan membina para atlet muda dalam setiap langkah mereka.
HydroPlus Strikers U-14 dan MilkLife Shakers U-12 memang belum menjadi juara, tapi mereka sudah menapaki jalan menuju kejayaan. (Trq)