Krjogja.com - SURABAYA – Jean-Paul van Gastel datang ke PSIM Yogyakarta dengan ekspektasi tinggi. Pelatih asal Belanda itu diharapkan mampu membawa Laskar Mataram beradaptasi cepat di BRI Super League 2025/2026. Namun, hasil uji tanding pramusim justru memunculkan tanda tanya besar.
Sejumlah kekalahan di laga persahabatan, baik melawan tim selevel maupun kasta di bawahnya, membuat publik Yogyakarta mulai khawatir. PSIM dinilai belum siap menghadapi kerasnya persaingan kasta tertinggi. Bahkan, tak sedikit yang meragukan pilihan taktik Van Gastel yang dianggap terlalu “Eropa” untuk karakter sepak bola Indonesia.
Namun, semua keraguan itu seakan sirna pada Jumat (8/8/2025) malam. Bertandang ke Gelora Bung Tomo, PSIM tampil percaya diri dan mampu mengalahkan Persebaya Surabaya 1-0. Gol telat Pulga Vidal di menit akhir menjadi jawaban nyata bahwa PSIM bisa bersaing di level teratas.
Baca Juga: Kunci Kemenangan PSIM Yogya di Kandang Persebaya dan Statistik Pertandingan
Van Gastel mengaku tidak terpengaruh oleh kritik selama pramusim. Menurutnya, fase uji coba memang dimanfaatkan untuk mengasah kekompakan dan mencari komposisi terbaik, bukan sekadar mengejar kemenangan. “Kami belajar banyak dari pre-season. Hasilnya mungkin tidak memuaskan, tapi itu bagian dari proses,” tegasnya.
Analisis pertandingan menunjukkan PSIM unggul dalam penguasaan bola (57% berbanding 43%) dan akurasi tembakan. Dari 6 upaya, 5 di antaranya tepat sasaran — rasio efektivitas yang jauh di atas rata-rata liga. Van Gastel menilai kontrol permainan menjadi kunci utama di Surabaya. “Kami bertahan dengan bagus dan satu gol di menit terakhir cukup untuk menang,” ujarnya.
Tidak hanya soal strategi, Van Gastel juga mengubah pendekatan taktik di babak kedua. Setelah melihat Persebaya dominan di tengah lapangan, ia menginstruksikan anak asuhnya untuk lebih memanfaatkan serangan dari sayap. Keputusan ini terbukti tepat, karena gol kemenangan lahir dari umpan silang Dede Safari yang disambut sundulan Pulga Vidal.
Baca Juga: PSIM Meyakinkan di Laga Perdana, Raih Kemenangan Pertama di Kasta Tertinggi Sejak 18 Tahun
Kemenangan atas Persebaya bukan hanya soal tiga poin pertama. Bagi Van Gastel, ini adalah pembuktian bahwa proses panjang selama pramusim membuahkan hasil. Ia menegaskan bahwa PSIM akan terus meningkatkan standar permainan di setiap laga. “Standarnya harus kita perbaiki bersama. Saya percaya dengan pemain yang saya turunkan,” katanya.
Kini, Van Gastel mulai mendapat pengakuan dari suporter Laskar Mataram. Dari pelatih yang sempat diragukan karena hasil buruk di uji tanding, ia menjelma menjadi sosok yang membawa PSIM mencatat sejarah — kemenangan perdana di kasta tertinggi setelah 18 tahun.
Tugas berikutnya tidak kalah berat. PSIM akan menjamu Arema di Stadion Sultan Agung, Bantul, pada 16 Agustus mendatang. Van Gastel berharap momentum kemenangan di Surabaya menjadi pondasi untuk membangun konsistensi sepanjang musim.
Baca Juga: PSIM Ungkap Peran Walikota dan Wakil Walikota Bantu Bisa Berkandang di SSA dan Wisma
“Perjalanan masih panjang. Kami tidak boleh puas terlalu cepat. Yang terpenting adalah terus berkembang dan menjaga semangat tim,” tutupnya.
Pengalaman Van Gastel baik sebagai pemain dan pelatih memang bukan kaleng-kaleng.