Krjogja.com - KUALA LUMPUR – Ambisi Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) untuk memperkuat Timnas Malaysia dengan gelombang pemain naturalisasi justru berakhir petaka.
Pada Jumat (26/9/2025), FIFA resmi menjatuhkan sanksi berat setelah menemukan adanya pemalsuan dokumen dalam proses naturalisasi tujuh pemain asing yang membela Harimau Malaya.
Hukuman itu bukan sekadar denda besar, tetapi juga menelanjangi kelemahan tata kelola sepak bola Negeri Jiran.
Baca Juga: 4 Nama Mengejutkan di Skuad Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026
Skandal ini kian menyakitkan karena terjadi saat publik berharap Malaysia bisa menyaingi langkah Indonesia yang sukses memanfaatkan pemain diaspora dalam perjalanannya menuju Piala Dunia.
Mimpi Besar, Langkah Tergesa
Gagasan natualisasi massal bermula dari kekecewaan publik Malaysia atas prestasi timnas yang makin tertinggal di ASEAN. Melihat Indonesia melaju ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan sejumlah pemain keturunan, netizen Negeri Jiran mendesak FAM melakukan hal serupa.
Nama-nama besar bahkan sempat dikaitkan dengan proyek ini, mulai dari gelandang Fulham Emile Smith-Rowe, hingga bintang Everton Kiernan Dewsbury-Hall. Sayangnya, klaim bahwa mereka punya darah Malaysia ternyata tidak berdasar.
Dorongan terbesar datang dari Tunku Ismail Idris (TMJ), pemilik Johor Darul Ta’zim (JDT) sekaligus mantan Presiden FAM. Pada Januari 2025, TMJ menyebut telah menemukan enam hingga tujuh pemain dengan darah Malaysia. Pemerintah pun diminta memproses kewarganegaraan mereka demi tampil di Kualifikasi Piala Asia 2027.
Baca Juga: Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Tak lama kemudian, FAM mengumumkan empat pemain tengah diproses naturalisasi. Namun, nama-nama itu dirahasiakan hingga akhirnya publik dikejutkan dengan kedatangan gelandang Portugal Hector Hevel dan bek Spanyol Gabriel Palmero pada Maret 2025.
Intervensi Parlemen dan Jalan Pintas
Proyek ini nyaris kolaps ketika parlemen Malaysia mengingatkan bahwa naturalisasi harus sesuai aturan: pemain minimal lima tahun tinggal di Malaysia sejak usia 18, dan belum pernah membela timnas senior lain. Namun, FAM tetap melanjutkan program dengan berbagai cara.