Krjogja.com - YOGYA - Pelatih PSIM Yogyakarta, Jean-Paul Van Gastel, menyoroti tingginya jumlah pergantian pelatih yang terjadi di BRI Super League musim ini. Hingga pekan ke-14, tercatat sudah sembilan pelatih yang harus kehilangan jabatannya.
Peter De Roo, Divaldo Alvez, Eduardo Almeida, Eduardo Perez, Hendri Susilo, Mario Lemos, Bernardo Tavarez, Ong Kim Swee dan Alfredo Vera sudah meninggalkan jabatannya. Situasi tersebut tentu begitu luar biasa di dunia sepakbila.
Van Gastel menilai angka tersebut tergolong tinggi dan berada di atas rata-rata jika dibandingkan dengan kompetisi sepak bola di negara lain. Menurutnya, kondisi ini menunjukkan bahwa posisi pelatih di Super League sangat rentan terhadap tekanan hasil.
Baca Juga: BCA Siap Penuhi Kebutuhan Uang Tunai Pada Nataru 2026 Sebesar Rp 42,1 Triliun
"Sepertinya cukup mudah untuk dipecat di sini. Delapan pelatih itu jumlah yang banyak, bahkan di atas rata-rata secara global," ungkapnya dikutip, Sabtu (13/12/2025).
Ketika diminta pandangannya terkait pola kompetisi dan kualitas tim di Super League saat ini, pelatih asal Belanda tersebut menyebut ada beberapa tim yang terlihat menonjol dan mampu mengelola tekanan dengan baik.
Van Gastel menilai klub-klub besar seperti tim asal Jakarta dan Bandung kini berada dalam momentum positif. Kedua tim tersebut dinilai semakin solid dan terbiasa bermain di bawah tekanan tinggi.
"Jakarta dan Bandung sekarang benar-benar menekan. Mereka terlihat berada dalam alur permainan yang bagus dan sudah sangat terbiasa dengan tekanan," ungkapnya.
Selain itu, ia juga menyinggung Borneo yang menurutnya mulai merasakan tekanan persaingan, sesuatu yang sebelumnya tidak terlalu mereka alami. Kondisi tersebut, kata Van Gastel, menjadi bagian dari dinamika persaingan papan atas.
Ia menambahkan, tim-tim besar memiliki keuntungan dari sisi sumber daya, termasuk kemampuan merekrut banyak pemain berkualitas, baik lokal maupun asing. Hal tersebut turut mempengaruhi peta persaingan dan meningkatkan ekspektasi terhadap hasil instan.
"Tim-tim itu punya kualitas dan sumber daya untuk mendatangkan banyak pemain. Itu yang akhirnya membuat persaingan semakin ketat," pungkasnya. (Fxh)