sepakbola

Cah Sleman di Balik Garudayaksa FC: Dari PSS Junior, Slemania, hingga Mimpi Besar Bangun Generasi Emas Sepak Bola Indonesia

Senin, 15 Desember 2025 | 12:07 WIB
Anggota Komisi V DPR RI, Danang Wicaksana Sulistya (Foto Dokumen)

“Pemain bola itu pekerjaan. Harus ditanamkan sejak awal. Dan setelah masa emas berlalu, masih ada pelatih, analis, manajer, sport science, sampai pundit,” ujarnya.

Cah Sleman, PSS, dan Slemania

Cerita Danang tak lepas dari identitasnya sebagai Cah Sleman. Ia mengawali kecintaan pada sepak bola sejak SD, bergabung dengan PS Gama, lalu Athena Sinduadi, hingga akhirnya memperkuat PSS Sleman di level usia muda.

Mimpi menjadi pemain profesional memang tak sepenuhnya terwujud, karena ia memilih jalur pendidikan di Taruna Nusantara. Namun kecintaannya pada PSS tak pernah padam. Ia menjadi bagian dari lahirnya Slemania, suporter kebanggaan Sleman, dan tetap aktif mendukung PSS, bahkan saat berada di Jakarta.

“Senang bal-balan, senang nonton, akhirnya malah ngurusi sepak bola,” ucapnya sambil tertawa.

Kedekatan emosional itulah yang membuat laga uji coba Garudayaksa FC melawan PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta bukan sekadar pertandingan persahabatan, melainkan simbol persaudaraan dan sejarah panjang sepak bola DIY.

Garudayaksa FC dan Filosofi One Team One Family

Menjawab stigma “tim siluman” yang kerap disematkan, Danang menegaskan bahwa Garudayaksa FC dibangun dengan perencanaan panjang. Tidak mengandalkan belanja pemain mahal, melainkan scouting, chemistry, dan filosofi kebersamaan.

“Branding boleh besar, tapi isinya harus disiapkan dari awal,” katanya.

Ia menanamkan filosofi Garuda sebagai pelindung dan kesatria kepada para pemain. One team, one family bukan sekadar slogan, tetapi budaya yang menyatukan pemain senior dan pemain muda, termasuk kewajiban memainkan pemain U-21 sesuai regulasi Liga 2.

Hasilnya, Garudayaksa FC mampu bersaing di papan atas klasemen, meski Danang menekankan bahwa konsistensi dan kerja keras tetap menjadi kunci.

Stadion Mandala Krida dan Masa Depan Sepak Bola Yogyakarta

Sebagai anggota Komisi V DPR RI, Danang juga menyoroti persoalan infrastruktur, khususnya Stadion Mandala Krida. Ia mengakui stadion kebanggaan Yogyakarta itu belum bisa digunakan secara optimal karena persoalan teknis dan keamanan bangunan.

“Keselamatan itu utama. Mau rehab, renovasi, atau bangun ulang, semua harus melalui kajian,” tegasnya.

Danang memastikan koordinasi dengan pemerintah daerah dan kementerian terkait terus berjalan. Ia berharap Yogyakarta segera memiliki stadion yang layak dan aman, sejalan dengan program nasional pembenahan infrastruktur olahraga.

Halaman:

Tags

Terkini