Krjogja.com - YOGYA : Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), I Gusti Ayu Bintang Puspayoga mengunjungi Pesantren dan Madrasah Muallimat Muhammadiyah, Suronatan Yogyakarta, Rabu (17/5/2023). Selain meresmikan sekaligus menandatangani Prasasti Pesantren Cinta Anak, juga berdialog dengan para santriwati baik luring maupun daring.
Dalam acara tersebut, nampak Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Dr Apt Salmah Orbayinah MKes, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY, Erlina Hidayati Sumardi, S.IP., M.M para pengurus Muhammadiyah dan Aisyiah.
Baca juga
Menteri PPA Apresiasi Muallimat Muhammadiyah Buat Pesantren Cinta Anak
Dalam dialog tersebut, Bintang mendapat banyak pertanyaan kritis dari para santriwati. Termasuk diantaranya kekerasan pada perempuan dan anak yang terjadi belakangan ini, sehingga menimbulkan dampak pada wacana di kalangan anak muda untuk tidak berkeluarga.
[crosslink_1]
Kaila, santriwati dari dari Jember Jatim yang mengungkapkan pengamatannya di media sosial, seperti di twitter. "Kami walaupun berada dalam asrama, tetapi melek teknologi. Akhir-akhir ini banyak sekali berita yang muncul di twitter, kekerasan pada wanita, maupun kekerasan antar anak. Terus ada yang menanggapi terhadap pandangan tersebut di twitter, dengan tidak usaha punya anak (childfree) maupun menjadi wanita mandiri saja dengan tidak usah menikah. Kami minta masukan pada Bu Menteri, karena kami sebagai santriwati sangat dekat dengan kehidupan mandiri," ujar Kaila.
Salah satu santriwati Pondok Pesantren dan Madrasah Muallimat Muhammadiyah saat bertanya (Foto Primaswolo S)
Santriwati lainnya, Khairunisa juga mengungkapkan informasi yang dimiliki terkait kasus pernikahan anak, meningkat. Bukti dari dampak pernikahan anak ini, mengakibatkan stunting pada anak yang dilahirkan. "Bagaimana langkah, atau gerakkan yang harus dilakukan sebagai pelajar, sebagai bentuk peduli terhadap masalah itu," tanya Khairunisa.
Sedangkan Taskia yang berasal dari Lampung mengungkapkan generasi Z, sangat dengan hiburan musik dan film. Sekarang diantaranya tontonan kekerasan pada perempuan.
"Ada film di mana branding untuk mencegah kekerasan seksual. Tetapi kenyataannya malah menormalisasi pelecehan seksual. Kedepannya, dikhawatirkan kondisi ini akan membuat kesalahpahanan, sehingga menormalisasi pelecehan seksual. Adakah kebijakan dari pemerintah, untuk mengawasi, termasuk mengingatkan pada produsen terkait tanggungjawabnya," tanya Taskia.
Menanggapi berondongan pertanyaan tersebut, Bintang Puspayoga mengaku kagum atas kualitas pertanyaan yang disampaikan. Ini menunjukkan peran yang besar dari para pengasuh.
Soal kekerasan pada wanita, Bintang menjelaskan sebuah fenomena gunung es. Banyak kasus tidak terlaporkan. Banyak pemberitaan kekerasan, itu baru sebagian yang terungkap ke publik. Adanya pemberitaan ini sangat membantu dalam penanganan dan pendampingan.