Krjogja.com - YOGYA - Seorang dosen salah satu perguruan tinggi yang merupakan warga Bantul mencurahkan hati perihal persoalan yang dialami putrinya melalui media sosial Twitter. Utas yang dibuat akun @bambangwn oleh Bambang W Nugroho itu menceritakan kepedihan anak perempuannya yang mengalami persoalan psikologis karena peristiwa masa lampau yang dialami.
Bambang menyebut cita-cita sang putri "dibunuh" oleh salah satu guru saat berada di kelas VIII SMP. Utas yang cukup panjang itu viral di media sosial dan membuat banyak warganet menaruh simpati, bahkan tidak sedikit yang kemudian speak up mengalami hal serupa saat proses perjalanan kehidupan.
Bambang menceritakan bahwa cita-cita sang anak sejak kecil adalah menjadi seorang penyanyi. Ia bersama sang istri mendukung penuh, bahkan sempat menjalani fase perlombaan di Jakarta yang didampinginya sendiri.
[crosslink_1]
Saat kelas VIII di salah satu SMP pada 2010 lalu, menurut Bambang, sang putri ditanya seorang guru tentang cita-cita, ingin menjadi apa saat dewasa. Putrinya yang sejak kecil sangat suka sekali menyanyi dan ikut berbagai perlombaan dengan lantang menyatakan ingin penyanyi.
Namun di situlah titik mula persoalan dimulai, yakni ketika sang guru meminta putri Bambang untuk mengganti cita-cita layaknya teman-teman lain seperti dokter, guru, polisi dan pilot. Guru itu mendiskreditkan profesi penyanyi yang sebenarnya sama-sama baiknya hingga membuat putri Bambang terpaksa mengatakan ingin menjadi dokter kala itu.
Titik tersebut yang lebih dari 10 tahun kemudian diketahui Bambang sebagai penyebab persoalan mental yang dialami sang putri. Ia kemudian menyadari bahwa setelah ucapan guru itu, putrinya berubah haluan tak pernah lagi mau bernyanyi, bermain musik dan pentas.
Bambang saat itu hanya berpikir mungkin dia hanya diminta belajar alat musik yang tak dikuasainya. Namun hilangnya minat puterinya untuk bermain musik berlanjut hingga SMA di mana ia ngotot masuk kelas IPA demi bisa masuk Fakultas Kedokteran.
[crosslink_2]
Keinginan menjadi dokter memang bisa dilaksanakan, karena saat masuk ke perguruan tinggi, puterinya tersebut hanya memilih jurusan Kedokteran. Putri Bambang berjuany selama tiga kali mengikuti ujian masuk hingga akhirnya diterima Fakultas Kedokteran salah satu kampus swasta.
Situasi disebut Bambang mulai memburuk seiring berjalannya waktu, karena sikap puterinya yang periang, komunikatif serta sopan berubah total. Ia menjadi penyendiri dan terasing, selama tiga tahun kuliah, dia menjadi sosok yang pemarah, pemberontak, tidak pernah mau kalah dan sering bersitegang dengan keluarganya.
"Hubungan kami memburuk, termasuk pada kakak dan adiknya. Saat berantem, dia selalu ngotot, rasional dan merasa paling benar. Bahkan menggunakan teori-teori dan grafik untuk membantah kami dan mempertanyakan kami tahu apa, tapi tulisannya tidak masuk akal semua. Ini berbeda sekali dengan puteri kami yang dulu. Dia keras hanya pada kami, tapi pada orang lain tetap santun," ungkapnya ketika dihubungi wartawan, Kamis (23/2/2023).
Sang putri memang bisa menyelesaikan studi hingga mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran, namun kondisi mental pada semester akhir kian memburuk. Bambang kerap mendapati sang putri mengalami gangguan halusinasi ketika malam.
Merasa kondisi kesehatan mental anaknya terganggu, akhirnya keluarga berinisiatif memeriksakan ke psikiater dan terdiagnosa terjadi ketidakseimbangan hormonal dalam tubuh. Diminta perawatan terapi selama setahun oleh psikiater, yang membuat fisik dan daya pikir melambat karena efek samping obat.