Krjogja.com - YOGYA - Pada abad 17, Sultan Agung Hanyokrokusumo memindahkan pusat kerajaan Mataram Islam dari Kotagede ke Kerta. Sampai saat ini, beberapa sisa peninggalan arkeologis Kraton Kerta masih bisa dijumpai di Situs Cagar Budaya Kerta, berupa Lemah Dhuwur dengan adanya dua umpak di atasnya, batu bata serta batu andesit.
Namun, keberlangsungan Kraton Mataram Islam Kerta tidak terlalu lama. Pasalnya, Sunan Amangkurat I atau Amangkurat Tegal Arum memindahkan ibukota kerajaan dari Kerta ke Plered. Pada akhirnya, Kraton Plered juga tidak bertahan terlalu lama karena berbagai hal sehingga harus berpindah ke Kartasura.
Meski Kraton Plered hampir tidak tersisa, namun sejumlah temuan arkeologi berhasil diperoleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY berdasar hasil ekskavasi dan penelitian. Salah satunya temuan arkeologi struktur pondasi Benteng Kraton Plered di wilayah Pleret Bantul.
"Temuan arkeologis Benteng Kraton Plered sudah pernah ditemukan di sisi barat dan selatan. Khusus untuk temuan arkeologis terbaru yakni benteng sisi barat dekat dengan Museum Sejarah Purbakala Pleret akan didisplay sebagai temuan insitu yang menjad bagian pengembangan Museum itu sendiri," kata Kepala Seksi Pemeliharaan Warisan Budaya Benda Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Marendra Mikaton ST MEng.
Temuan terbaru dari stuktur benteng yang ada di sisi barat memiliki dimensi sama dengan temuan terdahulu, yakni setebal 2,8 meter. Selain ekskavasi yang terus dilakukan di sisi barat, Marendra menuturkan kegiatan serupa juga dilakukan di sisi timur. Hal tersebut setelah ditemukan temuan arkeologis struktur benteng sisi timur yang saat ini mulai menyisir bagian utara.
"Pada temuan arkeologis benteng sisi timur ini dimensinya sama, yakni lebar 2,8 meter. Sedang untuk ketebalan bata menjadi temuan palingbanyak karena mencapai 10 lapis bata," ungkap Marendra.
Dengan demikian, dari awal proses ekskavasi dan penelitian, bagian arkeologis Benteng Kraton Plered yang ditemukan dari dahulu hingga sekarang baru untuk sisi barat, timur dan selatan. Sementara sisi utara belum ditemukan peninggalan arkeologisnya.
"Sudah pernah dilakukan ekskavasi untuk sisi utara. Tapi sampai sekarang belum ada temuan arkeologis yang diperoleh," sambungnya.
Sementara itu berdasar kajian akademik yang tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur DIY Nomor 194/KEP/2019 tentang Penetapan Situs Cagar Budaya Kerta, Situs Cagar Budaya Kedaton-Plered, Situs Cagar Budaya Kauman-Plered dan Situs Cagar Budaya Makam Ratu Malang-Plered, dapat diketahui lebih detail terkait temuan-temuan arkeologis tersebut.
Benda dan struktur yang dimaksud meliputi: (1) Balok Andesit Bertakik di Dusun Pungkuran, (2) Fondasi benteng Kraton Plered sisi barat di Dusun Kedaton, (3) Fondasi benteng Kraton Plered sisi selatan di Dusun Pungkuran, (4) Fondasi benteng Kraton Plered sisi timur di Dusun Kedaton (5) Fondasi Pojok timur laut benteng Kraton Plered di Dusun Kedaton Wetan, (6) Fondasi Sri Manganti Kraton Plered di Dusun Kedaton, (8) Sumur Gumuling Plered di Dusun Kedaton, (9) Saluran air Kraton Plered di Dusun Kedaton dan (10) Sumur Kuno-persegi di Dusun Kedaton.
Secara umum, benda dan struktur cagar budaya yang berada di lokasi Kedaton-Plered masih menunjukkan bentuk asli dari komponen Kraton Plered. Lokasi ini pernah menjadi tempat pertahanan masa perang Diponegoro pada 1826. Kraton Plered telah mengalami kerusakan karena perubahan peruntukan lahan dan faktor manusia (vandalisme).
Faktor dominan yang menyebabkan rusaknya Kraton Plered ini antara lain karena peristiwa bersejarah serbuan Trunojoyo pada 1677, penggunaan bata dari seluruh sisa bangunan kompleks Kraton Plered untuk pembangunan pabrik gula di Pleret awal abad ke-20 masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda serta penggunaan sisa bata bangunan keraton Plered untuk industri pembuatan semen merah oleh penduduk setempat pasca tahun 1940-an.
Dalam Babad ing Sangkala tercatat perpindahan Sunan Amangkurat ke kraton yang baru terjadi pada 1647. Selama masa pemerintahan Sunan Amangkurat I berhasil membangun Kraton Plered sebagai pusat pemerintahan dengan komponen yang cukup lengkap, yaitu pintu gerbang Pabean, jaringan jalan, pasar, masjid agung, tembok keliling, alun-alun, keraton, bangunan-bangunan air, taman, krapyak, permukiman penduduk dan kompleks pemakaman. Berdasarkan sumber sejarah Jawa dan Belanda, pembangunan komponen Kraton Plered dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu yang cukup lama.
Kraton Plered mengalami kehancuran pada tahun 1600 Jawa (1677 M) ketika Trunojoyo, bangsawan Madura Barat menyerang Kraton Plered dan berhasil mendudukinya. Sunan Amangkurat I melarikan diri ke Imogiri kemudian ke arah barat dan wafat dalam pelarian di Tegal Jawa Tengah. Pengganti Amangkurat I yang bergelar Amangkurat II menduduki kembali kraton tersebut dengan bantuan VOC. Sunan Amangkurat II selanjutnya memindahkan ibukota Mataram Islam dari Plered ke Kartasura. (Feb)