YOGYA, KRJOGJA.com - Kebijakan penutupan lalu lintas di sepanjang jalan Malioboro dan Ahmad Yani setiap Selasa Wage, bahkan juga dilakukan Selasa Pon, (19/11/2019) kemarin dinilai belum siap. Para pemilik toko, pelaku usaha yang tergabung dalam Perkumpulan Pengusaha Malioboro Ahmad Yani (PPMAY) mengeluhkan penjualan yang turun drastis hingga 50 persen karena sepi pembeli yang kesulitan akses menuju toko.
"Infrastruktur belum siap, tidak adanya area parkir yang representatif, membuat mobil atau kendaraan pribadi yang sedianya masuk ke kawasan Malioboro justru harus berbalik arah memutar kembali menambah macet jalan-jalan di sekitarnya," tutur Ketua PPMAY Sadana Muyono kepada KRJOGJA.com, Selasa (19/11/2019) malam.Â
Didampingi jajaran pengurus PPMAY di sela pertemuam pengurus PPMAY di Tea House Lt 1 Ramai Mall, Sadana menyebutkan anggota PPMAY sekitar 220 toko/tempat usaha, mengalami penurunan omzet yang sangat membebani karena biaya operasional toko juga tinggi.Â
"Toko-toko menjadi sepi, padahal juga menjadi gantungan hidup ribuan karyawan, hotel di kawasan ini juga banyak tamu yang mengeluh, atau justru tidak dapat tamu karena akses ke hotel sulit dijangkau kendaraan pribadi," ungkap Sadana yang dibenarkan beberapa pengurus yang juga pengelola hotel.Â
Tujuan Pemerintah Daerah menggairahkan wisata pedestarian di kawasan Malioboro menurut PPMAY tidak harus dilakukan dengan menutup lalu lintas kendaraan pribadi, dan hanya memperbolehkan angkutan umum Trans Jogja melintas. "Malioboro jadi tujuan wisata tetapi akses ditutup, jangkauan Trans Jogja juga terbatas. Kami melihat sementara akses pedestarian sudah tercover di jalur lambat, dan area pejalan kaki. Selama belum ada akses parkir kami berharap jalan jangan ditutup. Siapkan dulu infrastrukturnya," tegasnya.
Bahkan dengan kondisi saat ini, dengan semakin menipisnya pembeli banyak juga pelaku usaha yang berpindah toko atau berganti usaha. "Dulu jualan sepatu laris, sekarang sepi pengunjung jadi jualan oleh-oleh," ungkap Yulianto, anggota PPMAY.
Dikatakan saat diberlakukan penutupan, justru penghuni/warga kawasan Malioboro juga susah untuk keluar masuk rumah. "Padahal banyak lansia. Di saat kendaraan tumbuh pesat, jalan tetap, justru malah ditutup akhirnya yang dijumpai lalu lintas jalan sekitarnya macet, atau semrawut," ungkapnya.Â
Pengurus PPMAY lainnya Karyanto Yudomulyono meminta Pemda DIY dan Pemkot bekerjasama dengan PPMAY dalam rencana Malioboro dan A Yani menuju semi pedistarian. "Pemilik toko, karyawan dan keluarga, ada lebih 10.000 orang yang menggantungkan hidupnya di Malioboro dan A Yani," jelasnya. (R-4)