hobi

Lodeh Kluwih, Makanan Wajib Sultan Yogya Turun Temurun

Senin, 11 September 2023 | 17:59 WIB
Lodeh kluwih disajikan di Kraton Jogja. (dok)

Krjogja.com - YOGYA — Setiap Sultan yang bertahta di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, memiliki selera makanan masing-masing. Namun masakan lodeh kluwih menjadi favorit semuanya. Kluwih berasal dari kata linuwih atau berlebih. Harapannya, orang yang memakannya selalu berlebih dalam hal kesehatan sampai keberkahan.

Dosen Tata Boga dan Busana dari Fakultas Teknik UNY, Minta Harsana, mengatakan lodeh kluwih menjadi makanan wajib dan sehari-hari untuk Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) dari masa ke masa. “Jadi (setiap) Sultan memiliki kesukaan masing-masing, dan hampir semua Sultan menyukai makanan yang namanya lodeh, jadi makanan wajib adalah lodeh,” kata Minta, kemarin.

Dalam sejarahnya, lodeh kluwih juga bisa bermakna menu makanan untuk para orang yang linuwih, atau dipandang istimewa oleh Sultan. Sehingga makanan ini memiliki ruang yang istimewa baik untuk Sultan atau para petinggi.

Baca Juga: Sri Sultan HB X Melepas Perkutut Jawa, Yogyakarta Gamelan Festival ke – 28 Resmi Dibuka

Dari sisi bahan, lodeh kluwih terdiri dari kacang panjang, terong, daun so, kulit melinjo, dan kluwih atau sejenis nangka berambut. Adapun bumbunya mulai dari tempe busuk, bawang merah, bawang putih, petai, rese, cabai merah, lengkuas, gula, sampai kelapa. Rasa makanan tradisional ini berupa perpaduan manis, gurih, dan pedas.

Merunut perkembangan makanan lodeh yang asal-muasalnya ada beberapa versi, ada satu cerita yang cukup populer. Sekitar tahun 1931, atau pada masa kepemimpinan Sultan HB VIII, pernah ada wabah yang menjangkiti wilayah Yogyakarta. Kala itu, masyarakat diminta membuat dan mengonsumsi lodeh. Masyarakat juga diimbau berada di rumah sampai 49 hari. Setelahnya, wabah hilang.

Kembali ke lodeh kluwih, di lingkungan Karaton Nyagogyakarta Hadiningrat, pembuatan makanan ini berada di Pawon Ageng Prabeyo. Pawon ini merupakan satu dari empat tempat masak yang masih aktif di Kraton. “(Pawon Ageng Prabeyo) menyediakan dahar ndalem, makanan wajib untuk dahar dalam bentuk lodeh kluwih, makanan kesukaan Sultan,” katanya. 

Baca Juga: Berkunjung ke Kraton Yogyakarta, Kaisar Naruhito Disuguhi Makanan Ini

Selain Pawon Ageng Prabeyo, ada juga Pawon Gebulen, Pawon Sekulangen, dan Pawon Gendon Patehan. Fungsi Pawon Gebulen dan Sekulangen hampir sama, yaitu membuat makanan untuk kebutuhan upacara, acara, sampai sesaji. Beberapa contoh makanan yang diproduksi di pawon ini seperti apem mustaka (untuk acara maulid nabi, gunungan, dan lainnya), peksi burqa, dan sebagainya.

“Biasanya, wisatawan berkunjung ke Kraton Yogyakarta bukan waktu pas perayaan maulid nabi, tapi satu pekan sebelumnya, (melihat) bagaimana tumplak wajik, dan menyiapkan apem yang mau direnteng, itu butuh waktu lama,” kata Minta.

Sementara untuk Pawon Gendon Patehan menyediakan minuman teh untuk lagesan, pengunjung ndalem, dan minuman bagi para abdi dalem. Salah satunya minumannya yaitu ekstrak herbal dalam bentuk bir Jawa. Dalam sejarahnya, bir Jawa merupakan inovasi dan kearifan Sultan saat zaman kependudukan Belanda.

Kala itu, dalam prosesi minum, warga Belanda mengonsumsi bir. Agar para kawula tidak ikut meminum bir, maka Sultan membuat minuman yang warnanya mirip namun berasal dari ekstrak herbal. “Kearifan bir Jawa itu karya Sultan untuk melindungi warganya agar tidak mabuk,” katanya. (BPKSF/Jon)

Tags

Terkini

Siap-siap, Chef Devina Punya Format Konten Terbaru

Kamis, 11 Desember 2025 | 13:40 WIB