TERPURUK Terpuruk dalam budidaya tembakau, melecut Teguh Widodo (60) petani di Dusun Kebon Dalem Desa Mangunsari Kecamatan Ngadirejo Temanggung mencari budidaya alternatif untuk lahan pertaniannya agar menghasilkan dan tidak beresiko tinggi pada kegagalan.
Budidaya itu jatuh pada alpokat jenis Wina. Bersama anaknya, Rizky Fatoni (24) menekuni budidaya alpokat dengan selingan jeruk lemon. Kini setelah empat tahun berlalu. Pilu terpuruk terobati, lahan seluas 2,1 hektare yang ditanami berbuah lebat. Pemesanan tidak hanya dari pasar lokal namun telah ke sejumlah kota besar di Pulau Jawa.
Teguh Widodo mengatakan kegagalan budidaya atau bisnis tembakau sangat menyakitkan, hutang besar dan seakan tidak sanggup membayarnya. Namun petani tidak boleh putus asa, kehidupan harus terus berlangsung. Yang terpenting lahan jangan sampai lepas. " Cukup sudah tembakau saat itu. Lalu saya tanam alpokat. Semua belajar dari nol," kata Teguh Widodo, ditemui beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan anaknya, Rizki Fathoni diajak untuk bertani. Generasi muda harus bertani sebab mereka mempunyai potensi yang besar. Petani dari generasi muda akan mampu meningkatkan kualitas dan daya saing komoditas."Insting orang tua benar, Alhamdulillah usaha menunjukkan grafik positif. Pengolahan lahan dan pemeliharaan pertanian terbaru diterapkan. Kini ada promosi dan pemasaran. Semua dikerjakan generasi muda," katanya, sembari mengatakan orang tua lebih banyak pada 'mernahke' atau menasehati.
Dikatakan petani lain di dusun tersebut, terutama anak-anak muda kini bergairah dalam bertanam, terutama berkebun buah. Mereka tergabung dalam Kelompok tani (Klomtan) Ngudi Mulyo. Generasi muda petani telah tumbuh dan diharapkan bisa semakin maju memperkuat pertanian.
Rizky Fatoni mengatakan satu pohon alpokat mampu berproduksi hingga 50 kilogram. Tahun lalu, pada usia pohon 3 tahun sudah mulai menghasilkan, baru sekitar 5 kilogram per pohon. " Di usia tanaman 4 tahun, pada pohon yang bagus akan menghasilkan setidaknya 20 kg per pohon. Harga perkilogram sekitar Rp 20 ribu," katanya.
Dikatakan terdapat lebih dari 800 pohon alpokat di lahan tersebut dengan diselingi tanaman buah jeruk lemon kalifornia. Semua pohon telah berbuah. Tetapi belum semua layak panen, buah ada yang sudah tua dan tetapi ada pula yang masih muda. " Pemasaran alpokat antara lain ke Jakarta, Jombang, Yogyakarta, dan pasar lokal. Pedagang ada yang mengambil ke kebun, tetapi ada pula yang minta dikirim melalui jasa pengiriman," katanya.
Dipilihnya alpokat, katanya, karena sekali menanam bisa untuk selamanya. Konsentrasi pada pemeliharaan. Beda dengan tanaman tembakau yang harus mulai dari pembenihan tiap kali akan budidaya. Perawatan pohon buah alpukat juga tidak serumit budidaya pohon buah lainnya seperti jambu merah atau yang lainnya. " Kami gunakan pupuk kandang enam bulan sekali. Penyemprotan tiga bulan sekali dan penyiangan jika diperlukan," katannya.
Disampaikan kini selain buah alpokat, bersama teman-teman sebaya merintis bibit alpokat. Harga Rp 35 ribu untuk umur 6 bulan dan Rp 250 ribu untuk umur 1,5 tahun. Bibit alpokat juga laris. " Kami sedia bibit juga. Sebagian telah diberikan gratis pada petani sekitar, " katanya.
Sementara jeruk lemon kalifornia, katanya kini telah dipasok ke sejumlah toko modern. " Produksi kami lolos uji, pihak manajemen toko modern yang datang. Mereka tertarik dan menawari kami bisa memasoknya," katanya.
Tiap minggu dari pohon yang kini berusia 18 bulan itu, mampu menghasilkan tidak kurang dari 800 kwintal hingga 1 ton dengan harga Rp 14.000 per kilogram. Buah ini sangat bermanfaat untuk kesehatan, dikonsumsi biasanya dengan dibuat jus atau minuman campur dengan teh hangat dan dingin. " Per pohon rata-rata menghasilkan 10 kilogram. Jeruk ini juga tidak panen serentak," katanya sambil menambahkan harga bibit jeruk sekitar Rp 45.000.
Dikatakan dunia pertanian sangat mengasikkan. Pertanian harus dikelola modern, agar menghasilkan dan kompetitif. Sudah tidak masanya lagi dengan cara lama karena dunia berkembang membutuhkan ilmu pengetahuan dan inovasi, demikian juga dengan cara pemasarannya. " Semoga banyak generasi muda yang terjun di dunia pertanian," katanya. (Osy)