KRjogja.com - SEBUAH tren unik tengah mencuri perhatian public di China. Layanan "pretend to work" atau "pura-pura kerja" kini ditawarkan di beberapa wilayah, memberikan solusi bagi mereka yang ingin menyembunyikan status pengangguran mereka dari keluarga.
Dengan biaya 30 yuan (sekitar Rp65 ribu) per hari, pengguna layanan ini mendapatkan akses ke ruang kantor lengkap dengan makan siang.
Salah satu promosi layanan ini muncul di provinsi Hebei, di mana seorang pengguna internet membagikan video ruang kantor yang diiklankan sebagai solusi bagi mereka yang merasa malu karena menganggur.
Baca Juga: Cek Info Resmi di Web dan Medsos Kemenag, Marak Hoaks Loker Petugas Haji
"Dengan 29,9 yuan per hari, Anda bisa ‘bekerja’ di sini dari pukul 10 pagi hingga 5 sore, termasuk makan siang," tulis iklan tersebut, seperti dikutip dari laman SCMP, Jumat (17/1/2025).
Layanan serupa juga ditawarkan oleh individu lain yang menyediakan fasilitas bagi klien untuk berpura-pura menjadi bos, lengkap dengan kursi kulit untuk berfoto. Dengan biaya 50 yuan (sekitar Rp110 ribu), mereka bisa menciptakan kesan seolah-olah bekerja di perusahaan besar.
Fenomena ini memicu diskusi panas di media sosial China, dengan topik terkait mengumpulkan lebih dari 100 juta penayangan. Beberapa orang memuji layanan ini karena dapat meredakan tekanan psikologis akibat pengangguran, sementara yang lain mengkritiknya karena dianggap mendorong pelarian dari kenyataan.
Baca Juga: Seniman Budayawan Jogja Usulkan Hari Kebudayaan Nasional
Seorang pengamat online berpendapat bahwa layanan ini membantu orang menghadapi tekanan sosial, terutama di tengah tingginya angka pengangguran di kalangan anak muda. Namun, kritik muncul dari mereka yang mengatakan bahwa tindakan ini hanya akan menghambat pencarian pekerjaan yang sebenarnya.
China menghadapi tantangan besar dalam pasar kerja, terutama bagi kaum muda. Pada Juni 2023, tingkat pengangguran pemuda berusia 16-24 tahun mencapai rekor 21,3 persen. Meski angka ini menurun menjadi 16,1 persen pada November 2023, masalah pengangguran tetap menjadi perhatian serius.(*)