KETIKA ada batu tersusun bertumpuk di sebuah sungai, ada yang menganggapnya sebagai fenomena mistis. Padahal itu tak lebih dari sebuah seni menyusun batu yang disebut rock balancing. Kini bahkan digunakan untuk terapi.
Mengenal Balancing Art Indonesia
Perjalanan dari Kantor Harian Kedaulatan Rakyat di Jalan Pangeran Mangkubumi No 40-46 menuju Selopamioro, Bantul Yogyakarta kami lalui di tengah terik matahari. Perjalanan sepanjang kurang lebih 20 kilometer tersebut tak menyurutkan antusiasme mahasiswa yang tergabung dalam KR Academy untuk berkenalan dengan satu komunitas unik di Yogya, Balancing Art Indonesia (BAI). Berbekal google maps sebagai penunjuk jalan akhirnya sekitar pukul 14.30 WIB kami sampai di tempat tujuan.
Titik kumpul adalah warung Pak Wandi yang letaknya persis di dekat bekas Jembatan Gantung Selopamioro yang selama ini jadi ikon tempat tersebut. Jembatan yang kerap digunakan untuk berfoto tersebut saat ini hanya menyisakan pondasi saja. Badan jembatan hanyut saat terjadi banjir November 2017.
Di warung Pak Wandi kami bertemu dengan dua orang anggota BAI, mereka adalah Idi Purbalaksana (30) atau Mas Abee dan Gumilang Sucahyo (27) atau mas Gilang. Tidak butuh waktu lama bagi kami untuk akrab dengan keduanya.
Obrolan berlanjut dengan penjelasan apa itu BAI. Balancing Art Indonesia merupakan sebuah komunitas yang kegiatannya berfokus pada seni keseimbangan objek. Mereka menyusun benda-benda secara seimbang dan alami tanpa menggunakan perekat.
Batu menjadi objek yang paling umum digunakan, kegiatannya dinamakan rock balancing. Berdiri pada tahun 2013 di Yogyakarta kini anggotanya tersebar di seluruh daerah di Indonesia. "Yang mendirikan mas Suryadi (34) atau kami akrab memanggilanya mas GT," ujar mas Abee.
Selepas penat perjalanan hilang, kami beranjak untuk menyeberang sungai Oya Imogiri dengan perahu karet. Tempat kami akan bermain rock balancing memang berada di sisi sungai yang lain.
Mas Abe dan Mas Gilang mengajak kami ke lokasi dimana Komunitas BAI biasa bermain. Saat tiba, kami melihat sudah ada batu bertumpuk yang tingginya sekitar 1,5 meter. "Anggota kami kemarin kelihatannya ada yang bermain kesini," ujar Mas Abee.
Belajar Rock Balancing Kuasai Style Dasar Dulu
Dengan khidmat Mas Abe menyusun batu demi batu secara vertikal. “Ini menyeimbangkan batu dengan style stacking, menumpuk,†jelasnya. Rock balancing mengenal berbagai style. Stacking adalah style dasar yang paling mudah.
Suara gemericik arus sungai dan semilir angin jadi pelengkap suasana jelang sore hari tersebut. Mas Abe tetap berkonsentrasi penuh pada batu-batu yang disusunnya.
Baca Juga : Rock Balancing, Hobi yang Bisa untuk Terapi
Meninggalkan Mas Abe sejenak, di belakangnya ada Mas Gilang yang sedang mencari batu-batu pipih. Batu itu akan ia gunakan untuk rock balancing dengan style bridge. Ini adalah style tingkat lanjut dalam seni rock balancing karena tingkatannya lebih sulit.