KRjogja.com - PERAYAAN Cap Go Meh merupakan penutup dari rangkaian perayaan Imlek. Salah satu makanan yang wajib ada saat perayaan tersebut adalah lontong cap go meh.
Cap Go Meh dirayakan pada hari ke-15 setelah Imlek. Selain dimeriahkan dengan lampion, budaya, tradisi, dan pernak-pernik berwarna merah, perayaan ini juga terkenal dengan menu makanan bernama lontong cap go meh.
Lontong cap go meh lahir dari adaptasi peranakan Tionghoa-Jawa. Umumnya, sajian ini berisi lontong, opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng hati, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, dan acar.
Baca Juga: Computa Fun Runniversary Sukses, Penghobi Lari Seru-Seruan di Lereng Merapi
Melansir Wikipedia, hidangan tersebut terdiri dari lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng hati, acar, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, sambal, dan kerupuk.
Meski merupakan sajian yang hadir dua pekan setelah hari raya Imlek atau saat Cap Go Meh, namun kini lontong Cap Go Meh juga kerap disajikan kapan saja.
Lantas, bagaimanakah asal mula hadirnya sajian lontong Cap Go Meh yang kerap disajikan 14 hari setelah imlek atau tepatnya hari 15 bulan 1 penanggalan Imlek?
Pengaruh masakan suko Tionghoa nampak jelas pada adaptasinya ke dalam masakan Indonesia, misalnya mie goreng, lumpia, bakso, dan siomay. Akan tetapi pengaruh ini juga berlaku dua arah.
Rupanya, peranakan Tionghoa yang telah lama bermukim di Nusantara, sangat dipengaruhi selera masakan Indonesia. Dipercaya, lontong Cap Go Meh adalah adaptasi suku Tionghoa Indonesia terhadap masakan lokal Indonesia.
Baca Juga: Sekar Kedhaton Rayakan Ulang Tahun ke-20, Kenalkan Kotagede ke Wisatawan Internasional
Para pendatang Tionghoa pertama kali bermukim di kota-kota pelabuhan di pesisir utara Jawa, misalnya Semarang, Pekalongan, Lasem, dan Surabaya. Hal ini berlangsung sejak zaman Majapahit.
Pada saat itu hanya kaum laki-laki etnis Tionghoa yang merantau ke Nusantara, mereka menikahi perempuan Jawa penduduk lokal dan melahirkan perpaduan budaya Peranakan-Jawa.
Untuk merayakan Imlek, saat Cap Go Meh, kaum peranakan Jawa mengganti hidangan yuanxiao (bola-bola tepung beras) dengan lontong yang disertai berbagai hidangan tradisional Jawa yang kaya rasa, seperti opor ayam dan sambal goreng.
Dipercaya bahwa hidangan lontong Cap Go Meh melambangkan asimilasi atau semangat pembauran antara kaum pendatang Tionghoa dengan penduduk pribumi di Jawa.