KRjogja.com - Setiap kali kalender masehi menunjukkan angka-angka akhir bulan Juni atau awal Juli, umat Islam di berbagai belahan dunia mulai mempersiapkan diri untuk menyambut 1 Muharram. Tapi, pernah nggak sih kita benar-benar paham kenapa Muharram yang jadi bulan pertama dalam kalender Islam? Kok bukan Ramadan, atau bahkan Rabiul Awal, bulan kelahiran Nabi Muhammad?
Cerita ini ternyata bukan sekadar soal “pilih tanggal,” tapi juga soal politik, spiritualitas, dan tentu saja, manajemen negara yang keren pada masanya.
Kalender Islam: Buatan Siapa, Buat Apa?
Jauh sebelum ada kalender Hijriah, masyarakat Arab pra-Islam sudah pakai sistem penanggalan. Tapi mereka hanya tahu urutan bulan dan tanggal—nggak ada “tahun”. Jadi semacam hidup tanpa reminder tahunan, tanpa umur, dan tanpa anniversary. Ngeri-ngeri romantis.
Nah, masalah muncul saat Islam berkembang. Surat-surat kenegaraan, catatan keuangan, dan arsip peristiwa penting mulai bertebaran, tapi nggak ada penanda waktu yang jelas. Bayangin, kamu punya surat penting dari negara tapi nggak tahu itu dikirim tahun berapa. Bingung, kan?
Masalah ini sampai ke telinga Khalifah Umar bin Khattab, sang bapak reformasi birokrasi. Dalam sidang para sahabat, akhirnya diputuskan: “Kita butuh kalender.” Tapi, pertanyaannya: mau dimulai dari kapan?
Awal Tahun Hijriah: Dari Hijrah, Bukan dari Lahir
Usulan demi usulan datang. Ada yang mau mulai dari kelahiran Nabi, ada yang usul dari turunnya wahyu, bahkan ada yang bilang dari peristiwa Fathu Makkah.
Lalu muncul ide brilian dari Ali bin Abi Thalib: kita mulai dari peristiwa hijrah—ketika Nabi Muhammad pindah dari Mekkah ke Madinah. Bukan cuma karena itu tonggak sejarah umat Islam, tapi juga simbol peralihan dari kegelapan menuju cahaya. Dari tekanan menjadi kebebasan. Dari kaum minoritas jadi komunitas yang membangun peradaban.
Hijrah ini terjadi pada 622 M, dan 17 tahun kemudian, barulah kalender Hijriah ditetapkan secara resmi, yakni di tahun 638 M.
Kenapa Muharram Jadi yang Pertama?
Uniknya, meski hijrah Nabi terjadi di bulan Rabiul Awal, Khalifah Umar memilih Muharram sebagai awal tahun. Kenapa? Karena rencana hijrah Nabi mulai digodok di bulan Muharram, jadi dianggap momen awal dari “project hijrah”. Bahasa kekiniannya, bulan ini adalah soft launching dari perubahan besar.
Selain itu, Muharram juga termasuk bulan suci dalam Islam, bersama Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Di bulan-bulan ini, umat Islam sejak dulu dianjurkan untuk meninggalkan peperangan dan memperbanyak amal ibadah.
Jadi, Tahun Baru Islam Itu Apa?
Kalau tahun baru Masehi identik dengan resolusi, petasan, dan diskon besar-besaran, tahun baru Islam lebih fokus ke kontemplasi. Merenung, mengingat perjalanan hidup, dan tentu saja menata hati untuk jadi pribadi yang lebih baik. Bukan cuma soal "mau jadi lebih sehat", tapi juga "mau jadi lebih taat".
Dan jangan lupa, tanggal 1 Muharram 1447 H tahun ini jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025, dan sudah ditetapkan sebagai libur nasional. Waktunya bukan buat begadang, tapi buat istirahat dan introspeksi.
Inspirasi: Hijrah Setiap Hari, Bukan Setahun Sekali
Hijrah bukan hanya soal pindah tempat. Tapi juga pindah sikap, pindah niat, dan pindah arah hidup. Meninggalkan hal-hal toxic, membangun kebiasaan baru, dan jadi manusia yang lebih peduli, bukan cuma ke diri sendiri tapi juga ke sesama.
Sejarah 1 Muharram bukan cuma tentang penanggalan. Tapi tentang momentum. Tentang keberanian mengambil keputusan besar. Dan tentang harapan yang dimulai dari sebuah langkah. (Osy/Git)