Krjogja.com - YOGYA - Bincang buku "Jalan Jurnalisme" karya Oka Kusumayudha yang digelar pada Rabu, 27 Agustus 2025 pukul 12.00–15.00 di Museum Sandi Yogyakarta bukan sekadar peluncuran buku, melainkan pertemuan lintas generasi jurnalis yang terikat dalam kenangan dan semangat yang sama.
Acara ini digagas oleh Paguyuban Wartawan Sepuh (PWS) dan berhasil menghimpun 35 penulis, sebagian besar adalah jurnalis dari berbagai era, yang menyumbangkan kisah dan kesan mereka terhadap sosok Oka dan dunia jurnalistik yang mereka jalani.
Buku ini bukan satu suara, melainkan kumpulan pengalaman yang beragam. Cerita satu dengan yang lain mungkin tidak sama, tapi semuanya menyimpan benang merah: jurnalisme sebagai jalan hidup.
Oka Kusumayudha dikenal sebagai "polisi jurnalistik" yang tegas menjaga etika, kelayakan, dan kepantasan berita. Ia tak hanya mengajarkan rumus 5W 1H, tapi juga mendorong jurnalis untuk bertanya lebih dalam apakah berita ini layak dan patut untuk publik?
Di tengah dunia media yang kini makin kabur batasnya, etika jurnalistik sering kali dilupakan, terutama di ranah digital. Pemerintah memperlakukan media massa seperti buzzer, semua ada bayaran. Media yang tidak tunduk pada kepentingan tertentu bisa saja mati pelan-pelan, kalah bersaing dengan citizen journalism yang lebih cepat dan murah.
Baca Juga: Laba Bersih BTN Selama Semester I Tahun 2025 Sebesar Rp 1,7 Triliun
Ashadi Siregar sebagai pembicara sekaligus sosok yang menulis pengantar pada buku "Jalan Jurnalisme" kali ini menyampaikan bahwa makin lama makin sulit membedakan mana berita, mana propaganda.
Sebagai penutup, puisi karya Sonia dari Sastra Bulan Purnama dibacakan. Berjudul "Nama yang Tertutup Belukar."
Bincang buku ini menjadi pengingat bahwa jurnalisme bukan hanya soal berita, tapi soal keberanian menjaga kebenaran di tengah kabut zaman. (*)